Futari Nori no Jitensha
WARNING!! EYD kacau, OOC, Typo bertebaran, ada unsur BL didalamnya.
Don't Like, Don't Read!!
Like? Happy Reading!!
XXX
Chapter: 01
XXX
"Pagi yang biasa..." guman laki-laki bermata hijau itu seraya mencari kacamatanya.
Ia masih berada diatas kasurnya yang penuh dengan boneka. Ia mengenakan piyama bergambar katak hijau. Ia mulai turun dari kasurnya dan berjalan memasuki kamar mandinya. Tidak lupa Ia membawa handuknya kedalam kamar mandi.
"Tinggal satu tahun lagi... " Midorima menatap bayangannya dicermin kamar mandinya.
Air menetes dari setiap helai rambut hijaunya. Ia masih mengenakan handuknya. Tatapan Midorima sangatlah berbeda dari biasanya. Seakan dirinya dipenuhi rasa kesal dan marah.
"Shin-Chan? Kau sudah bangun, nak?" Terdengar suara seorang wanita dari balik pintu kamar Midorima.
"Ibu, berhentilah memanggilku seperti itu! Aku sudah bangun dan Aku sudah siap berangkat sekolah." Midorima membuka pintu kamarnya.
"Apa kau ingin sarapan, Shin-Chan sayang?" Ibu Midorima membelai kepala Midorima seolah Ia masih anak-anak.
"Ibu! Hentikan! Aku sudah kelas 2 SMA. Jangan perlakukanku seperti anak kecil! Aku berangkat. " Midorima membawa tasnya dan berjalan meninggalkan ibunya.
"Shin-Chan! " Midorima terus berjalan tanpa menghiraukan ibunya.
Midorima berjalan menuruni tangga dan melewati ruang makan.
"Shintarou! Mau kemana kau? "Seorang pria 40 tahunan tengah membaca koran diruang makan.
"Aku mau ke sekolah, Yah." Midorima mulai menali sepatunya.
Ia tak menghiraukan ayahnya.
"Aku berangkat." Midorima memperbaiki posisi kacamatanya lalu meninggalkan rumahnya.
Ia berjalan kaki untuk mencapai sekolahnya, SMA Teiko. Butuh waktu 15 untuk tiba disana bila berjalan kaki.
"Hari ini kipas kertas ya? Kurasa benda itu ada di laciku dikelas." Midorima menatap ramalan bintangnya dihandphone.
"Oi, Midorima!" Seseorang memanggilnya dari kejauhan.
Midorima menoleh ke arah suara itu berasal. Dari kejauhan Ia melihat sosok atlit berkulit kecoklatan tengah menaiki sepedanya dan terus mendekat ke arahnya..ya, orang itu adalah teman sekelas Midorima, Aomine Daiki.
"Yo!" Aomine tersenyum pada Midorima.
Midorima hanya menatap malas lalu melanjutkan perjalanannya.
"Aku bisa terlambat karna dia!" Pikir Midorima.
Merasa diabaikan, Aomine berusaha mengejar Midorima.
"Hei Midorima. Kau butuh tumpangan?" Aomine menghentikan sepedanya didepan Midorima.
"Hah. Baiklah. Kau yang boncengkan!" Midorima memutar bola matanya lalu Ia duduk diboncengan sepeda Aomine.
XXX
Sampai disekolah...
"Terima kasih atas tumpangannya." Midorima membungkuk lalu berjalan meninggalkan Aomine.
"Ah! Tunggu!" Aomine berlari mengejar Midorima.
"Sekarang apa lagi, Aomine?" Midorima masih kesal,
Sebenarnya Ia tidak kesal pada Aomine. Tapi Ia kesal pada kedua orang tuanya.
"Kita kan sekelas. Kenapa Kau meninggalkanku?" Aomine menahan tangan Mudorima dan menatap bingung Midorima.
Midorima terkejut melihat ekspresi Aomine yang tampak kesal dan bingung. Midorima berlari meninggalkan Aomine yang masih terpaku menatap sosoknya yang berlari.
XXX
Midorima menatap kosong ke arah jendela. Banyak hal yang mengganggu pikirannya. Bahkan Ia tak mendengarkan apa yang dikatakan guru yang tengah mengajar dikelas. Sampai jam istirahat dimulai....
"Midorima-kun... Seseorang mencarimu.." seorang gadis berkacamata dikelasnya membuyarkan lamunan Midorima.
"Eh? Siapa?" Tanyanya pada gadis itu.
Gadis itu hanya menunduk lalu menunjuk ke arah pintu kelas. Midorima mendapati sosok gadis yang sangat dikenalnya.
"Riko-senpai?" Midorima tampak heran melihat Senpainya berada didepan kelasnya.
Midorima berjalan mendekati Riko.
"Ada apa, Riko-san?" Tidak lupa Midorima membawa kipas kertas yang menjadi lucky itemnya hari ini.
"Anooo, bisa kita bicara ditempat lain?" Riko tidak menatap Midorima, wajahnya tampak menerah.
"Baiklah, Kita pergi dari sini.." Midorima tersenyum.
Ia berjalan keluar bersama Riko. Aomine menatap kepergian Midorima dan Riko dengan sedih. Ia lalu bangkit dari bangkunya dan ia memutuskan untuk mengikuti kedua orang tadi.
XXX
"Aku menyukaimu! Kumohon kencanlah denganku!" Riko berteriak cukup keras.
Deg!
Jantung Aomine serasa ditikam dengan pisau.
"Baiklah. Aku senang sekali mendengarnya." Midorima menjawab sambil tersenyum.
Deg!
Sekali lagi Aomine merasakan sakit yang teramat tepat dijantungnya. Ia menunduk lalu menekan dadanya yang terasa sakit.
"Kenapa jantungku terasa sakit? Dan kenapa Aku bersembunyi ditempat seperti ini?" Pikir Aomine.
Ia menatap Midorima dan Riko yang tampak bahagia disamping gedung tempat Ia bersembunyi. Aomine memutuskan untuk kembali ke kelasnya. Wajahnya tampak bingung dan sedih. Ia tak mengerti dengan apa yang Ia rasakan saat itu.
XXX
Aomine berjalan sambil menyentuh dadanya. Tiba-tiba handphone Aomine bergetar. Aomine mengeluarkan handphone miliknya dan membaca e-mail yang baru masuk.
"Dai-chan! Bolehkah Aku menunggumu sepulang sekolah nanti? Hari ini Aku pulang lebih awal, jadi Aku bisa mampir kesana. Chu~ ♥ Momoi"
Aomine tersenyum masam membaca e-mail tersebut. E-mail dari kekasihnya, Momoi Satsuki. Mereka berdua sedang menjalani hubungan jarak jauh. Sehingga mereka jarang bertemu.
"Ah! Aku harus jawab gimana nih?! " Aomine menggaruk kepalanya lalu ia memasukkan handphonenya kedalam saku.
Pikirannya masih tertuju pada Midorima. Saat Ia teringat wajah tersenyum Midorima, Ia kembali merasa kesal. Ia berjalan dengan malasnya menuju kelas.
"Aku mengantuk..." pikir Aomine seraya membuka pintu kelas.
Ia berjalan menuju bangkunya. Ia mulai tidur, Ia merasa pusing dan lelah.
"Kenapa dadaku terasa sakit??" Aomine meremas dadanya.
Pintu kelas terbuka, Midorima memasuki kelas. Tak sengaja Midorima menatap mata Aomine. Aomine membalas tatapan Midorima, tapi Ia langsung mengalihkan pandangannya dari Midorima.
"Ah, kenapa dia?" Pikir Midorima.
Midorima berjalan melewati Aomine. Ia duduk dua bangku setelah Aomine, tepat disebelah jendela di pojok kelas. Ia tampak begitu senang. Beban dipikirannya sudah sedikit berkurang.
"Semoga saja pilihanku tepat.." pikir Midorima.
"Dai-chan! Bolehkah Aku menunggumu sepulang sekolah nanti? Hari ini Aku pulang lebih awal, jadi Aku bisa mampir kesana. Chu~ ♥ Momoi"
Aomine tersenyum masam membaca e-mail tersebut. E-mail dari kekasihnya, Momoi Satsuki. Mereka berdua sedang menjalani hubungan jarak jauh. Sehingga mereka jarang bertemu.
"Ah! Aku harus jawab gimana nih?! " Aomine menggaruk kepalanya lalu ia memasukkan handphonenya kedalam saku.
Pikirannya masih tertuju pada Midorima. Saat Ia teringat wajah tersenyum Midorima, Ia kembali merasa kesal. Ia berjalan dengan malasnya menuju kelas.
"Aku mengantuk..." pikir Aomine seraya membuka pintu kelas.
Ia berjalan menuju bangkunya. Ia mulai tidur, Ia merasa pusing dan lelah.
"Kenapa dadaku terasa sakit??" Aomine meremas dadanya.
Pintu kelas terbuka, Midorima memasuki kelas. Tak sengaja Midorima menatap mata Aomine. Aomine membalas tatapan Midorima, tapi Ia langsung mengalihkan pandangannya dari Midorima.
"Ah, kenapa dia?" Pikir Midorima.
Midorima berjalan melewati Aomine. Ia duduk dua bangku setelah Aomine, tepat disebelah jendela di pojok kelas. Ia tampak begitu senang. Beban dipikirannya sudah sedikit berkurang.
"Semoga saja pilihanku tepat.." pikir Midorima.
XXX
Teng! Tong! Teng! Tong!
Bel telah berbunyi. Semua pelajaran hari ini telah selesai. Aomine masih tertidur dibangkunya. Ia bahkan tertidur setelah istirahat tadi.
"Oi, Aomine.. Aomine.." Midorima mengguncang-guncang bahu Aomine.
"Hmmm.... Ada apa??" Aomine menguap lebar.
"Aho! Tutupi mulutmu saat kau menguap!" Midorima sedikit menjauh dari Aomine.
"Ah, Maaf..." Jawab Aomine dengan malas.
"Sudah waktunya pulang. Apa kau ingin berada disini saja? Ayo Pulang!" Midorima berjalan menjauh dari Aomine.
Aomine menatap punggung Midorima, lalu ia tertawa kecil.
"Aneh..." Pikir Aomine setelah Midorima keluar dari kelas.
XXX
"Midorima-kun!" Riko memanggil Midorima dari gerbang sekolah.
"Riko-san, maaf aku terlam..." Midorima berhenti bicara karna Riko menutup mulut Midorima.
"Jangan panggil aku 'Riko-san'. Panggil Aku 'Riko', ya?" Riko tersenyum.
"Baiklah jika itu maumu.. Riko..." Midorima berusaha tersenyum
MEreka berdua berjalan bersama. Arah rumah Midorima dan Riko sangatlah berbeda, makanya Midorima memutuskan untuk mengantar Riko pulang duluan. Ia malas jika harus pulang langsung ke rumah. Sudah pastii Ibu dan Ayahnya masih ada dirumah saat ini.
"Baru jam 4..." Pikir Midorima sambil menatap jam tangannya.
"Kau kenapa, Midorima-kun?" Riko mendekatkan wajahnya pada wajah Midorima.
"Ah, Aku tak Apa." Midorima tersenyum.
"Tapi kau selalu menatap jam tanganmu sejak tadi. Benarkah kau tak apa? Atau, Kau takut ibumu memarahimu karna mengantarku dulu?" Riko tampak cemas dan merasa bersalah.
"Aku tak apa. Tenang saja Ibuku tak akan memarahiku kok..." Midorima membelai perlahan kepala Riko.
Wajah Riko mulai memerah karna dibelai lembut oleh Midorima. Mereka melanjutkan perjalanan mereka menuju rumah Riko sambil bermandikan cahaya mentari sore yang menyilaukan.
XXX
"Dai-chan!" Momoi berlari menghampiri Aomine.
Aomine berjalan dengan malas mendekati kekasihnya. Ia masih saja menguap, pikirannya menjadi sedikit tenang setelah tidur tadi. Bahkan Rasa sakit yang ia rasakan sudah berkurang.
"Oi, Momoi..." Aomine mengacak-acak rambut Momoi.
"Dai-chan! Panggil aku Satsuki! Bukan kah aku sudah memintamu melakukannya sejak dulu?" Momoi memprout-kan bibirnya.
"Hahaha... Iya-iya, Satsuki.." Aomine tersenyum manis pada kekasihnya.
Sontak Momoi merangkul lengan Aomine. Ia senang pada sikap usil dan lembut kekasihnya.
"Dai-chan, ayo kita beli ice cream. Sudah lama kita tidak makan ice cream bersama kan?" Momoi tersenyum.
"Hah? Baiklah, Aku ambil sepedaku dulu ya." Aomine melepaskan diri dari pelukan Momoi.
"Eh? Kau bawa sepeda? Asyik!" Momoi tertawa senang.
Aomine merasa senang melihat Momoi tertawa. Dia sudah mengenal Momoi sejak kecil. Dan mereka mulai berpacaran sejak kelas 3 SMP.
"Semoga besok menyenangkan." Pikir Aomine.
"Midorima-kun, terima kasih sudah mengantarku pulang." Riko tersenyum malu.
"Tak usah dipikirkan. Aku senang bisa mengantarmu pulang." Midorima memperbaiki letak kacamatanya.
"Hmmmm, mau mampir dulu?" Riko tampak malu-malu.
"Tidak usah, lain kali saja. Sampai jumpa.." Midorima melangkah mundur dari gerbang rumah Riko.
"Ah, Midorima! Chu~ jaa nee!!" Riko berlari masuk kedalam rumahnya setelah ia mengecup pipi Midorima.
Midorima terkejut dengan apa yang dialamiya. Ia mengelus-elus pipinya yang di cium oleh Riko. Ia berjalan pulang sambil memikirkan apa yang barusan terjadi padanya.
"Tadi itu apa ya? Apa orang pacaran selalu begitu?" Pikir Midorima.
Midorima berjalan melewati sebuah taman. Tiba-tiba kedua matanya tertuju pada sebuah kardus didekat sebuah perosotan. Midorima mendekati kardus itu.
"Woof! Woof!" Seekor anjing bermata biru menjulurkan lidahnya.
"Kau kesepian ya?" Midorima menggendong anjing itu.
"Woof! Woof!" Anjing itu menjilati wajah Midorima.
"Hahaha... Kau lucu sekali. Mau pulang bersamaku?" Midorima tersenyum sambil memeluk anjing itu.
"Woof!" Anjing itu tampak senang.
Dari kejauhan Aomine tengah menatap kejadian itu. Ia tersenyum melihat apa yang dilakukan Midorima. Midorima berjalan keluar dari taman dan kembali melanjutkan perjalanannya.
"Yo!" Aomine mendekati Midorima.
"Ah, Aomine-kun.. " Midorima berhenti.
"Kau baru pulang?" Aomine turun dari sepedanya.
Ia menuntun sepedanya dan berjalan bersama Midorima.
"Aku baru saja mengantar Riko-san. Kau sendiri?" Midorima mengelus-elus anjing yang dipeluknya.
"Aku juga baru mengantar seseorang ke stasiun." Aomine tersenyum masam.
"Hahaha... Kenapa wajahmu itu. Ngomong-ngomong kenapa kau tidak pulang duluan saja? Ini udah malem kan?" Midorima melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul 6 malam.
"Nggak mungkin Aku biarin kamu pulang sendirian. Kau kan teman sekelasku." Aomine tertawa kecil.
Midorima terkejut mendengar jawaban Aomine. Baru kali ini ada orang yang bersikap baik padanya. Midorima terdiam tak bergerak.
"Woof!" Anjing dipelukan Midorima menatap senang kearah orang yang menggendongnya.
"Oi Midorima! Ayo pulang.." Aomine memanggil dari kejauhan.
"Ba-baik!!" Midorima berlari mendekati Aomine.
"Ayo Aku boncengin.." Aomine menaiki sepedanya.
"Boleh.." Midorima duduk diboncengan sepeda.
Sambil bercanda mereka berdua menuju rumah Midorima.
"Terima kasih atas tumpangannya." Midorima membungkuk dalam.
"Ah, tak perlu berterima kasih. Kita kan teman.. jaa naa!!" Aomine kembali mengayuh sepedanya.
Setelah sosok Aomine menghilang dikegelapan malam, Midorima memasuki gerbang rumahnya. Ia menggendong anjing yang ditemukannya tadi. Midorima terkejut mendapati lampu rumahnya menyala.
"Tumben mereka membiarkan lampunya menyala..." bisik Midorima pada anjing yang dibawanya.
"Tadaima.." Midorima membuka pintu rumahnya.
"Okaeri! Shin-Chan sayang, darimana saja Kau? Ibu khawatir padamu!" Ibu Midorima memeluk erat anaknya satu-satunya.
"Ibu, lepaskan! Kenapa Ibu tidak bekerja?" Midorima mendorong ibunya perlahan.
"Kau pikir Ibu bisa bekerja jika Kau sampai jam segini belum pulang?!" Air mata mengalir dipipi Ibu Midorima.
"Ma.. " belum sempat Midorima meminta maaf pada ibunya, kehadiran sosok ayahnya membuat Midorima berhenti.
"Lihatlah anakmu ini! Ia seperti ini karna Kau terlalu memanjakannya!" Ayah Midorima menatap tajam Midorima.
"Hah? Apa katamu? Jadi sekarang ayah menyalahkan ibu? Memangnya ayah sudah benar mendidiknya?" Ibu Midorima berteriak pada suaminya.
Telinga Midorima terasa panas mendengar pertengkaran kedua orang tuanya. Ia menunduk seolah akan menangis. Bahkan anjing yang dibawanya juga memandang Midorima dengan tatapan sedih.
"Cukup! Bisakah kalian berdua berhenti!" Midorima mengangkat kepalanya dan menatap kedua orang tuanya.
Kedua orang tua Midorima terdiam, sekilas ayah Midorima tampak akan bicara.
"Tunggu! Sebelum Ayah bicara, dengarkan aku dulu." Midorima berusaha menahan air matanya.
"Aku akan berusaha keras agar bisa lulus dengan peringkat terbaik. Tentu saja itu akan bagus untuk reputasi kalian kan? Setelah itu, Aku akan pergi dari sini. Tenang saja, Aku tak akan merepotkan kalian lagi. Tahun depan lakukanlah sesuka kalian. Baiklah Aku permisi." Midorima berjalan melewati kedua orang tuanya.
"Shin-Chan!"
"Shintarou!"
Midorima mengabaikan panggilan orang tuanya. Bahkan kedua orang tuanya meneruskan pertengkaran mereka setelah Midorima memasuki kamarnya. Midorima sendiri sudah muak dengan sikap kedua orang tuanya.
Midorima menutup pintu kamarnya. Ia berdiri menahan pintu kamarnya. Seolah Ia tak ingin Ada siapapun yang masuk dalam kamarnya.
"Nguu.." anjing dipelukan Midorima tampak sedih.
"Maaf, Kau jadi harus melihatnya..." Midorima memaksakan diri untuk tersenyum.
"Woof woof!" Anjing itu menggeleng seolah Ia mengerti dengan apa yang diucapkan Midorima.
"Hahaha... Ngomong-ngomong kau mirip seseorang dikelasku. Aku rasa aku akan memanggilmu 'Nigou' artinya 'kedua'. Bolehkan?" Midorima mendekatkan wajahnya ke wajah anjing itu.
"Woof! Woof! Woof!" Anjing itu menjilati wajah Midorima, tampaknya Ia senang sekali.
Midorima menurunkan Nigou dan juga tasnya. Ia melepasi kancing bajunya satu per satu. Setelah itu ia melepaskan kaosnya dan juga celananya. Kini Ia hanya menggunakan celana dalam saja. Ia mengambil handuk dan juga Nigou, lalu Ia membawanya kedalam kamar mandi.
"Kuharap Kau tak takut pada air." Midorima tersenyum simpul.
Ia mulai memandikan Nigou. Setelah selesai membersihkan Nigou dan dirinya sendiri,Ia membawa Nigou berendam air hangat bersamanya. Wajah Midorima tampak lelah.
"Hari ini benar-benar melelahkan..." pikir Midorima.
Sementara itu ditempat lain, Aomine tengah berendam di kamar mandi di rumahnya. Ia tampak sangat senang. Ia tak tau kenapa ia merasa senang harI ini.
"Semoga besok juga menyenangkan seperti hari ini..." pikir Aomine.
"Oi, Momoi..." Aomine mengacak-acak rambut Momoi.
"Dai-chan! Panggil aku Satsuki! Bukan kah aku sudah memintamu melakukannya sejak dulu?" Momoi memprout-kan bibirnya.
"Hahaha... Iya-iya, Satsuki.." Aomine tersenyum manis pada kekasihnya.
Sontak Momoi merangkul lengan Aomine. Ia senang pada sikap usil dan lembut kekasihnya.
"Dai-chan, ayo kita beli ice cream. Sudah lama kita tidak makan ice cream bersama kan?" Momoi tersenyum.
"Hah? Baiklah, Aku ambil sepedaku dulu ya." Aomine melepaskan diri dari pelukan Momoi.
"Eh? Kau bawa sepeda? Asyik!" Momoi tertawa senang.
Aomine merasa senang melihat Momoi tertawa. Dia sudah mengenal Momoi sejak kecil. Dan mereka mulai berpacaran sejak kelas 3 SMP.
"Semoga besok menyenangkan." Pikir Aomine.
XXX
"Midorima-kun, terima kasih sudah mengantarku pulang." Riko tersenyum malu.
"Tak usah dipikirkan. Aku senang bisa mengantarmu pulang." Midorima memperbaiki letak kacamatanya.
"Hmmmm, mau mampir dulu?" Riko tampak malu-malu.
"Tidak usah, lain kali saja. Sampai jumpa.." Midorima melangkah mundur dari gerbang rumah Riko.
"Ah, Midorima! Chu~ jaa nee!!" Riko berlari masuk kedalam rumahnya setelah ia mengecup pipi Midorima.
Midorima terkejut dengan apa yang dialamiya. Ia mengelus-elus pipinya yang di cium oleh Riko. Ia berjalan pulang sambil memikirkan apa yang barusan terjadi padanya.
"Tadi itu apa ya? Apa orang pacaran selalu begitu?" Pikir Midorima.
Midorima berjalan melewati sebuah taman. Tiba-tiba kedua matanya tertuju pada sebuah kardus didekat sebuah perosotan. Midorima mendekati kardus itu.
"Woof! Woof!" Seekor anjing bermata biru menjulurkan lidahnya.
"Kau kesepian ya?" Midorima menggendong anjing itu.
"Woof! Woof!" Anjing itu menjilati wajah Midorima.
"Hahaha... Kau lucu sekali. Mau pulang bersamaku?" Midorima tersenyum sambil memeluk anjing itu.
"Woof!" Anjing itu tampak senang.
Dari kejauhan Aomine tengah menatap kejadian itu. Ia tersenyum melihat apa yang dilakukan Midorima. Midorima berjalan keluar dari taman dan kembali melanjutkan perjalanannya.
"Yo!" Aomine mendekati Midorima.
"Ah, Aomine-kun.. " Midorima berhenti.
"Kau baru pulang?" Aomine turun dari sepedanya.
Ia menuntun sepedanya dan berjalan bersama Midorima.
"Aku baru saja mengantar Riko-san. Kau sendiri?" Midorima mengelus-elus anjing yang dipeluknya.
"Aku juga baru mengantar seseorang ke stasiun." Aomine tersenyum masam.
"Hahaha... Kenapa wajahmu itu. Ngomong-ngomong kenapa kau tidak pulang duluan saja? Ini udah malem kan?" Midorima melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul 6 malam.
"Nggak mungkin Aku biarin kamu pulang sendirian. Kau kan teman sekelasku." Aomine tertawa kecil.
Midorima terkejut mendengar jawaban Aomine. Baru kali ini ada orang yang bersikap baik padanya. Midorima terdiam tak bergerak.
"Woof!" Anjing dipelukan Midorima menatap senang kearah orang yang menggendongnya.
"Oi Midorima! Ayo pulang.." Aomine memanggil dari kejauhan.
"Ba-baik!!" Midorima berlari mendekati Aomine.
"Ayo Aku boncengin.." Aomine menaiki sepedanya.
"Boleh.." Midorima duduk diboncengan sepeda.
Sambil bercanda mereka berdua menuju rumah Midorima.
XXX
"Terima kasih atas tumpangannya." Midorima membungkuk dalam.
"Ah, tak perlu berterima kasih. Kita kan teman.. jaa naa!!" Aomine kembali mengayuh sepedanya.
Setelah sosok Aomine menghilang dikegelapan malam, Midorima memasuki gerbang rumahnya. Ia menggendong anjing yang ditemukannya tadi. Midorima terkejut mendapati lampu rumahnya menyala.
"Tumben mereka membiarkan lampunya menyala..." bisik Midorima pada anjing yang dibawanya.
"Tadaima.." Midorima membuka pintu rumahnya.
"Okaeri! Shin-Chan sayang, darimana saja Kau? Ibu khawatir padamu!" Ibu Midorima memeluk erat anaknya satu-satunya.
"Ibu, lepaskan! Kenapa Ibu tidak bekerja?" Midorima mendorong ibunya perlahan.
"Kau pikir Ibu bisa bekerja jika Kau sampai jam segini belum pulang?!" Air mata mengalir dipipi Ibu Midorima.
"Ma.. " belum sempat Midorima meminta maaf pada ibunya, kehadiran sosok ayahnya membuat Midorima berhenti.
"Lihatlah anakmu ini! Ia seperti ini karna Kau terlalu memanjakannya!" Ayah Midorima menatap tajam Midorima.
"Hah? Apa katamu? Jadi sekarang ayah menyalahkan ibu? Memangnya ayah sudah benar mendidiknya?" Ibu Midorima berteriak pada suaminya.
Telinga Midorima terasa panas mendengar pertengkaran kedua orang tuanya. Ia menunduk seolah akan menangis. Bahkan anjing yang dibawanya juga memandang Midorima dengan tatapan sedih.
"Cukup! Bisakah kalian berdua berhenti!" Midorima mengangkat kepalanya dan menatap kedua orang tuanya.
Kedua orang tua Midorima terdiam, sekilas ayah Midorima tampak akan bicara.
"Tunggu! Sebelum Ayah bicara, dengarkan aku dulu." Midorima berusaha menahan air matanya.
"Aku akan berusaha keras agar bisa lulus dengan peringkat terbaik. Tentu saja itu akan bagus untuk reputasi kalian kan? Setelah itu, Aku akan pergi dari sini. Tenang saja, Aku tak akan merepotkan kalian lagi. Tahun depan lakukanlah sesuka kalian. Baiklah Aku permisi." Midorima berjalan melewati kedua orang tuanya.
"Shin-Chan!"
"Shintarou!"
Midorima mengabaikan panggilan orang tuanya. Bahkan kedua orang tuanya meneruskan pertengkaran mereka setelah Midorima memasuki kamarnya. Midorima sendiri sudah muak dengan sikap kedua orang tuanya.
Midorima menutup pintu kamarnya. Ia berdiri menahan pintu kamarnya. Seolah Ia tak ingin Ada siapapun yang masuk dalam kamarnya.
"Nguu.." anjing dipelukan Midorima tampak sedih.
"Maaf, Kau jadi harus melihatnya..." Midorima memaksakan diri untuk tersenyum.
"Woof woof!" Anjing itu menggeleng seolah Ia mengerti dengan apa yang diucapkan Midorima.
"Hahaha... Ngomong-ngomong kau mirip seseorang dikelasku. Aku rasa aku akan memanggilmu 'Nigou' artinya 'kedua'. Bolehkan?" Midorima mendekatkan wajahnya ke wajah anjing itu.
"Woof! Woof! Woof!" Anjing itu menjilati wajah Midorima, tampaknya Ia senang sekali.
Midorima menurunkan Nigou dan juga tasnya. Ia melepasi kancing bajunya satu per satu. Setelah itu ia melepaskan kaosnya dan juga celananya. Kini Ia hanya menggunakan celana dalam saja. Ia mengambil handuk dan juga Nigou, lalu Ia membawanya kedalam kamar mandi.
"Kuharap Kau tak takut pada air." Midorima tersenyum simpul.
Ia mulai memandikan Nigou. Setelah selesai membersihkan Nigou dan dirinya sendiri,Ia membawa Nigou berendam air hangat bersamanya. Wajah Midorima tampak lelah.
"Hari ini benar-benar melelahkan..." pikir Midorima.
Sementara itu ditempat lain, Aomine tengah berendam di kamar mandi di rumahnya. Ia tampak sangat senang. Ia tak tau kenapa ia merasa senang harI ini.
"Semoga besok juga menyenangkan seperti hari ini..." pikir Aomine.
XXX
To Be Continue
XXX
Tidak ada komentar:
Posting Komentar