Perfect Copy
Declaimer: Tadatoshi Fujimaki
XXX
"Yang bisa mengalahkanku hanya Aku seorang!"
Tatapan bosan Ia berikan padaku. Seolah Aku ini tak ada apa-apanya dibandingkan dengan dirinya.
Perfect Copy
Itulah diriku.
Diriku yang selalu bisa meniru teknik hanya dengan sekali melihat saja. Bahkan teknik itu kuperkuat dengan kemampuanku ini.
Tapi Aku tak pernah bisa meniru Kalian, para anggota Kiseki no Sedai.
Karna Kalian adalah keajaiban begitu juga denganku.
Kita melangkahkan kaki menuju jalan kita masing-masing.
Hingga Aku bertemu dengannya lagi dilapangan ini sebagai lawannya.
Mungkin Aku telah kalah dari bayangannya sebelum ini, Tapi apa salahnya jika Aku berusaha mengalahkan cahayanya?
"Kau takkan bisa menang dariku. Kau tau itu sejak dulu, Kise."
Wajahnya tampak seolah Ia bosan.
"Jangan meremehkanku, Aominecchi! Kali ini Aku pasti menang!"
Aku tak ingin lagi kalah darimu! Aku yakin Aku bisa menirumu sekarang! Yang kubutuhkan hanya sedikit waktu sampai saat itu tiba.
Jantungku terpacu untuk berdetak lebih cepat.
"Aku harus lebih cepat dan lebih kuat darimu!"
Semakin lama Aku semakin bisa memgimbangimu. Bagaikan cahaya biru dan kuning yang saling berkejaran.
Semakin lama semakin cepat hingga tak seorangpun menyadari apa yang telah terjadi.
"Aku ingin lebih cepat dari ini! Lebih kuat dari sebelumnya!"
Kupaksakan tubuh ini bergerak cepat dan lebih kuat dari sebelumnya.
Aku tak ingin kalah lagi darinya.
Setelah sekian menit berlalu, tibalah saatnya tubuh ini tak sanggup mengimbangi kemampuanku.
Kaki ini mulai terasa sakit,sangat menyakitkan hingga Aku hampir tak bisa berdiri lagi.
"Hentikan saja! Kau sudah tak sanggup lagi!"
"Tidak akan! Aku tidak mau kalah lagi darimu!"
Dia tau kondisiku hanya dengan sekali melihat.
"Apa Kau masih ingat permainan basket Kita dulu?"
Aku bahkan tak yakin Kau ingat akan hal itu.
"Walau Kau bisa meniruku tapi Kau tak bisa mengalahkanku! Karna Aku tak sepertimu yang mengandalkan teman satu teammu. Aku bermain sendiri."
Tanpa kusadari ia berhasil merebut bolaku. Ia melaju cepat dan sangat cepat sedangkan aku tertinggal dibelakang tak mampu lagi mengejarnya.
"Tuhan! Kenapa kau buat aku seperti ini? Aku tak berdaya karna kakiku yang tak mampu mengimbangiku!"
Peluit berbunyi keras.
Permainanpun berakhir.
"Aku kalah. Sekali lagi aku kalah!"
Aku tak percaya dengan apa yang terjadi, Apa benar aku takkan bisa menang darinya? Kenapa harus begitu? Apa aku ini memang tak memiliki kemampuan?
Air mata mengalir dipipiku. Sekali lagi aku menangis karna kekalahanku.
"Kalau Kuroko bisa menang dariku, kenapa aku tak bisa menang darinya?"
Kakiku masih saja bergetar, jantungku berdebar tak karuan. Aku tak mengerti apa yang kurasakan, tapi aku merasa sangat sedih dan kecewa.
"Jangan Menangis, Bodoh! lain kali kita pasti menang!"
Seseorang memukul kepalaku. Ia tampak malu-malu, wajahnya sedikit memerah. Namun ia tampak begitu bersinar.
"Kasamatsu Senpai..."
Ia membantuku berdiri, airmataku mengalir dengan derasnya. Ia membopongku berjalan. kami berbaris dan saling memberi salam.
Entah kenapa ada yang berbeda. Aku memang merasa kesal karena aku kalah, tapi aku merasa lega karna masih ada orang yang memberiku semangat seperti dia.
"Kasamatsu Senpai... Suatu hari akan kutunjukan kalau aku pasti bisa membawa team kita menuju kemenangan."
"Ba-baka! Su-sudah pasti kan!"
Aku tersenyum melihat wajahnya yang semakin memerah. Kami berjalan bersama, kami akan terus melangkah hingga kami mendapatkan kemenangan yang berkilau disana.
Senpai, suatu hari juga akan kusampaikan perasaan ini. Perasaan yang kau ajarkan tentang hangatnya mencintai seseorang.
~END~
Declaimer: Tadatoshi Fujimaki
XXX
"Yang bisa mengalahkanku hanya Aku seorang!"
Tatapan bosan Ia berikan padaku. Seolah Aku ini tak ada apa-apanya dibandingkan dengan dirinya.
Perfect Copy
Itulah diriku.
Diriku yang selalu bisa meniru teknik hanya dengan sekali melihat saja. Bahkan teknik itu kuperkuat dengan kemampuanku ini.
Tapi Aku tak pernah bisa meniru Kalian, para anggota Kiseki no Sedai.
Karna Kalian adalah keajaiban begitu juga denganku.
Kita melangkahkan kaki menuju jalan kita masing-masing.
Hingga Aku bertemu dengannya lagi dilapangan ini sebagai lawannya.
Mungkin Aku telah kalah dari bayangannya sebelum ini, Tapi apa salahnya jika Aku berusaha mengalahkan cahayanya?
"Kau takkan bisa menang dariku. Kau tau itu sejak dulu, Kise."
Wajahnya tampak seolah Ia bosan.
"Jangan meremehkanku, Aominecchi! Kali ini Aku pasti menang!"
Aku tak ingin lagi kalah darimu! Aku yakin Aku bisa menirumu sekarang! Yang kubutuhkan hanya sedikit waktu sampai saat itu tiba.
Jantungku terpacu untuk berdetak lebih cepat.
"Aku harus lebih cepat dan lebih kuat darimu!"
Semakin lama Aku semakin bisa memgimbangimu. Bagaikan cahaya biru dan kuning yang saling berkejaran.
Semakin lama semakin cepat hingga tak seorangpun menyadari apa yang telah terjadi.
"Aku ingin lebih cepat dari ini! Lebih kuat dari sebelumnya!"
Kupaksakan tubuh ini bergerak cepat dan lebih kuat dari sebelumnya.
Aku tak ingin kalah lagi darinya.
Setelah sekian menit berlalu, tibalah saatnya tubuh ini tak sanggup mengimbangi kemampuanku.
Kaki ini mulai terasa sakit,sangat menyakitkan hingga Aku hampir tak bisa berdiri lagi.
"Hentikan saja! Kau sudah tak sanggup lagi!"
"Tidak akan! Aku tidak mau kalah lagi darimu!"
Dia tau kondisiku hanya dengan sekali melihat.
"Apa Kau masih ingat permainan basket Kita dulu?"
Aku bahkan tak yakin Kau ingat akan hal itu.
"Walau Kau bisa meniruku tapi Kau tak bisa mengalahkanku! Karna Aku tak sepertimu yang mengandalkan teman satu teammu. Aku bermain sendiri."
Tanpa kusadari ia berhasil merebut bolaku. Ia melaju cepat dan sangat cepat sedangkan aku tertinggal dibelakang tak mampu lagi mengejarnya.
"Tuhan! Kenapa kau buat aku seperti ini? Aku tak berdaya karna kakiku yang tak mampu mengimbangiku!"
Peluit berbunyi keras.
Permainanpun berakhir.
"Aku kalah. Sekali lagi aku kalah!"
Aku tak percaya dengan apa yang terjadi, Apa benar aku takkan bisa menang darinya? Kenapa harus begitu? Apa aku ini memang tak memiliki kemampuan?
Air mata mengalir dipipiku. Sekali lagi aku menangis karna kekalahanku.
"Kalau Kuroko bisa menang dariku, kenapa aku tak bisa menang darinya?"
Kakiku masih saja bergetar, jantungku berdebar tak karuan. Aku tak mengerti apa yang kurasakan, tapi aku merasa sangat sedih dan kecewa.
"Jangan Menangis, Bodoh! lain kali kita pasti menang!"
Seseorang memukul kepalaku. Ia tampak malu-malu, wajahnya sedikit memerah. Namun ia tampak begitu bersinar.
"Kasamatsu Senpai..."
Ia membantuku berdiri, airmataku mengalir dengan derasnya. Ia membopongku berjalan. kami berbaris dan saling memberi salam.
Entah kenapa ada yang berbeda. Aku memang merasa kesal karena aku kalah, tapi aku merasa lega karna masih ada orang yang memberiku semangat seperti dia.
"Kasamatsu Senpai... Suatu hari akan kutunjukan kalau aku pasti bisa membawa team kita menuju kemenangan."
"Ba-baka! Su-sudah pasti kan!"
Aku tersenyum melihat wajahnya yang semakin memerah. Kami berjalan bersama, kami akan terus melangkah hingga kami mendapatkan kemenangan yang berkilau disana.
Senpai, suatu hari juga akan kusampaikan perasaan ini. Perasaan yang kau ajarkan tentang hangatnya mencintai seseorang.
~END~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar