Jumat, 09 Agustus 2013

BELOVE (Fanfic : Sehun, Looking My eyes!)

BELOVE
by. Yoshikuni Yumi

Cast :
                Oh SeHun                            as            SeHun
                Luhan Xi                              as            Luhan
                Fumi Nakamura                    as            Nana
                Yumi Yoshitaka                    as            Yumi

Spoiler :
"Cinta bisa datang kapanpun. Tanpa kita sadari kita selalu memperhatikan orang yang kita Cintai."
Seorang Gadis Jepang Hadir dalam kehidupan Oh SeHun tepat setelah dia diputuskan oleh kekasihnya yang juga fansnya. Sedangkan Hyungnya, Luhan Xi, Mulai memperhatikan gadis yang baru mereka temui di Japan.

Don’t Like? Don’t Read!

o)?Happy Reading!!! (*´*)




SeHun’s POV

Aku merasa sangat lelah. Tentu saja! Setelah seharian latihan menari dan menyanyi, belum lagi jadwal pemotretan yang padat. Bagaimana aku tidak lelah? Aku memutuskan untuk tidur.

Aku tertidur dalam keadaan menggunakan pakaian lengkap. Biasanya aku hanya menggunakan boxer saja. Aku tidur satu kamar dengan Luhan Hyung, dia bahkan sudah tidur sejak tadi.

Aku bangun kesiangan, mungkin sekitar pukul 10. Karna hari ini aku libur jadi kupikir tak masalah bangun siang. Kubuka handphoneku. Aku sangat terkejut melihat 35 misscall 25 message, dan semua itu berasal dari NANA!

Aku segera bangun. Kulihat satu persatu pesan dari Nana. Semuanya sama! Dia marah padaku. Kutekan angka 2 pada handphoneku.

Baru sebentar Nana sudah mengangkatnya “Yob…” belum sempat aku menyelesaikan kalimatku Nana sudah membentakku “SeHun Oppa! Kenapa kau tidak membalas maupun menjawab teleponku?” Dari nadanya saja aku tau dia akan menangis “Nana, aku bias jelaskan..” suara Nana terdengar sedikit bergetar “Cukup Oppa!” ia terdiam.

“Nana?” aku mendengarnya terisak “Na..” lagi-lagi ia membentakku “Cukup Oppa! Oppa anggap aku ini apa? Apa Oppa hanya mempermainkanku? Apa Oppa sadar kalau aku ini terluka disini Oppa! Oppa seorang bintang sedangkan aku? Aku hanya seorang fans yang beruntung menjadi kekasihmu! Kita bahkan pacaran diam-diam! Sudah Cukup Oppa! Aku..”Nana berhenti, kini suara tangisannya terdengar jelas “Kita akhiri saja sampai disini, Oppa!”

TUUTT!! TUUTT!! TUUTT!!

Nana menutup teleponku. Kuletakkan begitu saja hpku di meja. Badanku serasa lemas. Kubuka laciku dan kuambil sebuah kotak merah disana. “Hah.. Jadi sia-sia..” Kupandangi kotak merah itu, lalu kubuka. Sebuah cincin berbentuk hati terselip didalamnya.

Ya! Aku memang berniat melamarnya setelah aku pulang dari Jepang lusa nanti. Dia memang bukan seorang artis. Seperti yang ia katakan, ia hanya seorang fans. Aku jatuh cinta pada pandangan pertama. Ia yang slalu hadir disetiap konserku, dia slalu memperhatikanku, dia juga slalu memberiku hadiah. Aku …

Luhan’s POV

“SeHun bang…” aku berhenti berbicara. Kulihat SeHun tampak *sedikit* terpuruk. Kudekati dia, aku duduk disebelahnya “Kenapa, Hunnie?” Kuelus kepalanya.

Biasanya aku slalu menggoda SeHun, tapi kali ini melihatnya tak bersemangat aku jadi kasihan padanya. Ia mendongak lalu menatapku. Kini matanya mulai berair “Hyung…” dia menangis sambil memelukku.

Kubelai lagi ia “Kenapa Hunnie?”ia mengusap air matanya “Di.. dia.. Kam.. kami.. putus.. Hyung..” ia melepaskan pelukannya. Ia duduk bersila dan menunduk. “Siapa? Nana?” SeHun mengangguk “Kenapa?” Selama setengah jam ia bercerita padaku “Hmm.. Kurasa kau butuh udara segar. Bagaimana jika kita pergi jalan-jalan keliling Tokyo?” Aku tersenyum padanya, ia hanya mengangguk.

Ia segera mandi. Aku melihat sebuah kotak merah di kasur. “Hh.. Seperti apa sih gadis yang bias membuatmu seperti ini, Oh SeHun!” Aku berkata pelan. Aku pergi keluar kamar. Aku juga harus bersiap-siap karna aku akan pergi jalan-jalan dengan Saengku, Oh SeHun.

Author’s POV

SeHun dan Luhan pergi ke game center di Tokyo. Mereka bersenang-senang di sana. Tentu saja mereka pergi dengan penyamaran *menggunakan topi dan kacamata hitam* .

Tak hanya ke game center, mereka juga pergi ke beberapa tempat untuk belanja beberapa oleh-oleh. Yang pastinya untuk Eonnie-eonnie dan Hyung-hyung mereka di Korea sana. Mereka juga tak lupa membelikan oleh-oleh untuk Appa dan Eomma mereka.

Mereka memang membawa mobil. Tapi mobil itu hanya mereka gunakan untuk membawa barang saja. Jadi mereka meminta Kris mengantarkan belanjaan mereka kembali ke hotel, sedangkan mereka masih berkeliling. Jalan kaki tentunya.

“SeHun..” Luhan mengeluarkan sebuah kotak merah dari saku jaketnya. SeHun terkejut melihat kotak itu. Karna seingat dia, dia menaruhnya dilaci. “Luhan! Kembalikan!” SeHun berusaha menggapai kotak itu, Luhan semakin senang melihat tingkah SeHun yang seperti itu. Tiba-tiba…

BRUUUUKK!!!

“Auu..” Mereka menabrak seorang gadis. Kotak merah itu tak sengaja jatuh dalam tas keranjang milik gadis itu. “Anoo.. kau baik-baik saja?” SeHun berbicara dalam bahasa Jepang. Ia berusaha membantu Yeoja itu berdiri. “Hai. Summimasen! Tadi aku kurang hati-hati.” Gadis itu menunduk dalam. “Tidak. Kamilah yang salah. Kami tidak melihat jalan.” Luhan tersenyum.

Gadis itu berambut pendek sebahu. Rambutnya berwarna kemerahan. Kulitnya yang tampak putih nan halus membuat SeHun dan Luhan sedikit ternganga. Belum lagi mata gadis itu yang tampak indah seperti mutiara. Mata itu berwarna Hijau kebiruan. Gadis itu mengenakan baju berwarna hijau kebiruan yang sesuai dengan warna matanya dan celana garis-garis selutut. Kakinya yang panjang berbalutkan sebuah sepatu boot dari kulit berwarna coklat. Sungguh pemandangan menakjubkan.

“Ne.. Gommenasai..” gadis itu kembali menunduk lalu merangkang. Ia tampak mencari-cari sesuatu. Ia meraba-raba jalanan sekitar. Gadis itu jarang berkedip, pandangannya juga kosong dan selalu lurus.

“Kau mencari apa?” SeHun duduk dan mencoba membantu. “Aku mencari kacamata, keranjang dan tongkatku.” Mendengar hal itu, SeHun langsung berdiri dan mendapati keranjang itu berada didekat saluaran air. Luhan juga membantu dengan mencarikan tongkat gadis itu. Sedangkan gadis itu sudah mendapati kacamata hitamnya.

Luhan dan SeHun segera memberikan Keranjang dan tongkat gadis itu. Gadis itu mengenakan kacamata hitamnya, lalu menerima keranjang dan tongkatnya. “Arigatou ne, Onii-san. ” Gadis itu tersenyum kearah  Luhan dan SeHun.

“Bolehkah kami tau namamu?” Luhan bertanya pada gadis itu. Gadis itu hanya tersenyum “Watashi wa Yoshitaka Yumi. Gommen tapi bolehkah kau tau siapa Kalian?” SeHun terkejut “Kau tak tau siapa kami? Kau bercanda kan?” SeHun melepas kacamatanya. “Maaf. Kalau saja aku bisa melihat wajah kalian.” Gadis itu tersenyum. “Ah, summimasen. Aku harus ke rumah sakit. Sayonara Onii-san” gadis itu meninggalkan mereka berdua. Ia berjalan sambil menuntun dirinya dengan sebuah tongkat.

“Kenapa ia pergi sendirian? Bukankan ia..” Luhan membungkam mulut SeHun dengan tangannya. “Aku juga heran. Mungkin ia tak mau merepotkan orang lain atau mungkin ia sudah tak punya keluarga yang menjaganya.” Luhan dan SeHun terus menatap ke arah gadis itu pergi, semakin lama ia semakin menghilng dikeramaian.

Yumi’s POV

Sampai di ruma sakit aku langsung berjalan ke koridor karna aku sudah hafal tempat ini. “Konnichiwa Yumi-chan. Mau saya antar?” aku mendengar seorang wanita menyapaku, aku yakin ia adalah Kaori-neesan, perawat disini. “Konnichiwa, Kaori-neesan. Tapi aku tak mau merepotkanmu.” Aku tersenyum kearah suara Kaori-neesan. “Baiklah, kalu begitu saya permisi dulu.” Aku mendengar langkah kakinya yang semakin menjauh.

Aku terus berjalan, sambil meraba pintu setiap kamar yang aku lewati. 017, ya ini kamar Okaa-san. Aku membuka perlahan pintu kamar ini. “Yumi? Kenapa kau kesini? Dengan siapa kau kemari?” Kudengar suara Ahiki-neechan semakin keras dan dekat.

“Gommenasai, Onee-san. Aku berangkat sendiri. Tenang saja aku hati-hati kok.” Aku tersenyum. Aku berjalan 10 langkah kearah timur lautku. Kuletakkan keranjangku dimeja. Kukeluarkan satu persatu bawaanku di keranjang. Eh? Apa ini? Kudapati sebuah kotak, lalu kubuka kotak itu. Kuraba isinya. Cincin? Kututup kembali kotak itu lalu aku memasukannya dalam saku celanaku.

Aku tak terlalu memikirkan apa yang dikatakan Ahiki-neesan. Aku masih sibuk dengan bawaanku. “Okaa-san. Onee-san. Aku Cuma mau bilang. Lusa, aku akan pergi ke Korea untuk mengobati kedua mataku.” Onee-san hanya diam. “lalu kau akan tinggal dengan siapa disana?” Suaranya sedikit bergetar. “YoonA Onee-san sudah mengatur semuannya, Aniki..” Aku tersenyum, aku tak tau apakah aku tepat sasaran saat melakukannya.

“Okaa-san, Aku pulang dulu ya. Dan.. aku juga ingin pamit padamu, Okaa-san. Aku akan kembali ke Korea.” Kukecup dahi Okaa-san. Aku merasakan sebuah tangan menarikku. “Yumi! Apa kau gila? Aku akan kembalii ke tempat pria itu meninggalkan ibumu yang sedang koma sendirian?” Ahiki-neesan membentakku. “Tidak! Walaupun aku kembali ke Korea, bukan berarti aku akan menemui orang itu kan! Summimasen! Tapi aku harus pergi sekarang. Sayonara!” Aku melepaskan cengkraman Ahiki-neesan, lalu kuambil kembali tongkatku lalu pergi meninggalkan ruangan Okaa-san.

Author’s POV

@Somewhere…

SeHun dan Luhan sudah tiba di hotel tempat mereka menginap. SeHun dan Luhan masih belum menyadari bahwa kotak cincin SeHun hilang.

SeHun berbaring di kasur. Sedangkan Luhan bersiap mandi. Sesaat SeHun sudah memejamkan kedua matanya, namun ia terbangun dan teringat akan cincinnya. “Hyung! Kembalikan cincinku!” ia bangun dan menarik tangan Luhan. Luhan sedikit terkejut. “Cincin?” Luhan menatap SeHun dengan tatapan Innocent.

SeHun hanya menghela nafas. Ia merasa ia harus menyerah untuk cincin dan Nana. SeHun kembali berbaring dikasur. Ia mendekap erat bantal yang ada dan menutupi seluruh tubuhnya dengan menggunakan selimut. Ia tertidur, ia merasa sangat lelah. Baik tubuh, jiwa maupun hatinya.

Dalam tidurnya, SeHun masih terbayang akan wajah sang mantan kekasih, Nana. Im Nana. Gadis cantik bermata biru. Gadis cantik berambut panjang kecoklatan, bibirnya yang berwarna merah maron, ditambah lagi kulit putihnya yang juga halus nan lembut. Dia yang selalu mengisi waktu SeHun kala sedih maupun senang. Ia yang bersuara indah seperti Eonninya, Im YoonA.

Kini SeHun hanya bisa menangisi sang mantan kekasihnya. Luhan melihat SeHun tertidur sambil menangis. “Selamat tidur, saeng-ku” Luhan menyelimuti SeHun, lalu ia tidur disebelahnya.

@Ditempat Yumi

“Konbanwa? Ne, YoonA Eonni. Can I speak to Nana?” Yumi memutuskan untuk menelpon Nana,  namun YoonA lah yang menerimanya “Sorry, Yumi. Nana sudah tidur sejak tadi. Kenapa Yumi?” YoonA sedikit menyesal “Oh, iya Onee-san. Aku Cuma mau kasi tau Nana aja kok. Kalau lusa aku akan berangkat ke Seoul. Aku ingin Nana menjemputku.” Terdengar Yumi sedikit tertawa.

“Eh? Benarkah? Baiklah besok kusampaikan padanya. Ada yang lain lagi?” Yumi termengun, ia menunduk tak yakin dengan apa lagi yang akan disampaikan pada YoonA. “Hmm.. sepertinya hanya itu saja, Nee-san. Nah, Arigatou ne!” Ia mendongak dan tersenyum “Hmm, Doutashimashite!!” lalu ia mematikan teleponnya.

Yumi meletakkan HPnya dimeja. Ia melepas kacamata hitamnya, kini mata biru kehijauan itu tampak menyala dalam ruang gelap. Yumi bahkan tak pernah menyalakan lampu kamarnya sejak kecelakaan itu. Ia selalu membiarkan kamarnya gelap. dia pikir tanpa cahayapun bukan masalah untuknya, toh dia tak bisa melihat.

Yumi berbaring dikasurnya. “Huft..” ia menutup kedua matanya, lalu membukanya perlahan “Otoo-san… sudah 5 tahun sejak hari itu. Apa kau masih mengingatku? Apa kau masih ingat janjimu padaku, Otoo-san?” Lalu ia tertidur.

@ Suatu tempat di Seoul,

Seorang pria sedang duduk diruang kerjanya. Ia mengeluarkan sebuah foto dari lacinya. Ia memandangi foto itu, lalu beralih memandang keuar jendela. Menatap keramaian Seoul yang tak ada habisnya. Tiba-tiba air mata menetes dipipinya. “Maafkan ayah, nak” ia mengusap foto itu.

Dalam foto itu tampak seorang pria dan anak gadisnya sedang tersenyum bersama. Sang anak memeluk pundak ayahnya, mereka berdua tampak sangat senang dan sangat bersinar. Pria itu adalah Seo Taiji, pengusaha kaya mantan penyanyi legendaris. Dan gadis itu tentu saja putrinya. Putrinya yang paling ia cintai. Ia membayangkan saat2 bersama putrinya itu.

TOK!! TOK!! TOK!!

“Appa? Boleh aku masuk?” terdengar suara seorang gadis dari luar ruang kerjanya. Pria itu segera mengusap air matanya dan kembali duduk. “Ne, YoonA. Masuklah!” Gadis itu adalah YoonA, Im YoonA. “Ada apa, YoonA? Kenapa kau belum tidur?” YoonA mendekati Taiji. “Aku mau menjemput teman adikku besok, tolong jaga Eomma” YoonA tersenyum pada Taiji. Taiji hanya mengangguk. “Kamsahamnida..” YoonA membungkuk lalu keluar meninggalkan ruangan itu. “Maafkan Appa, Rin..” Taiji tertidur dikantornya. Air mata menetes dari ujung matanya. Nana memasuki ruangan itu dan membawa sebuah selimut lalu dipakaikanlah selimut itu pada Taiji. “Selamat tidur Appa..” Ia tersenyum lalu mengecup kening Ayah tirinya itu.

Yumi’s POV

Hari terasa begitu cepat berlalu. Tak terasa hari ini aku akan kembali ke Korea. Aku bangun sangat pagi. Aku yakin Ahiki-neechan masih berada dirumah sakit. Aku segera mandi dan mempersiapkan diri. Walau aku tak bisa melihat aku sudah hafal betul seluk-beluk rumah ini. Aku meletakkan sebuah surat di meja kamarku. Aku yakin Ahiki-neechan akan membacanya. “Aku pergi.. Sayonara..” kutenteng koperku.

Aku tak menggunakan kacamataku, karna ini masih pagi jadi kupikir untuk apa aku pakai. Aku sudah memesan taksi untuk menjemputku. Aku hanya menggunakan kemeja putih berbalut jas hitam dengan dasi berwarna hitam juga. Tak lupa rok pendek selutut yang senada dengan jasku. Aku bisa membedakan warna karna semua pakaianku sudah kubordir. Jadi aku tau warna apa yang hari ini aku pakai.

Hanya perlu 30 menit untuk sampai bandara. Karna ini masih pagi jadi kami mengebut. Biasanya butuh 1 jam untuk sampai bandara. Setiba dibandara aku berjalan dengan bantuan tongkatku. Aku menyeret koperku dengan tangan kiri.  Aku masih belum menggunakan kaca mataku.

BRUUK!! Aku menabrak seseorang. “Gommenasai..” Aku menunduk. “Ne.. Gommenasai.. Hei, kau yang kemarinkan?” Aku merasa mengenal suara ini. Aku ingat. Ini suara laki-laki yang kutabrak kemarin. “Ah, ne.. Kamu orang Korea ya?” Laki-laki itu tak menjawabku “Matamu indah. Seperti permata.” Aku bisa merasakan hembusan nafas laki-laki itu tepat didepan wajahku. “Arigatou.. bisakah kau sedikit mundur..” Aku mendorong mundur laki-laki itu. Rasanya jantungku berdebar kencang. Padahal aku tak mengenalnya sama sekali.

SeHun’s POV

“Hyung!!” Aku memanggil Luhan dari kejauhan. Aku melihat dia sedang bersama seseorang. Aku mendekati mereka berdua. Aku terkejut melihat Yeoja yang ada dihadapan Luhan. Dia Yeoja yang kemarin. Dia berdandan seperti seorang pramugari, hanya saja rambutnya yang ia biarkan tergerai dengan jepit berbentuk bunga lavender bertuliskan Yumi Y. berwarna keemasan diatasnya. Dan juga matanya yang berwarna biru kehijauan yang memikat hatiku, sejenak aku jadi teringat Nana.

“Hyung.. ayo, Hyung-hyung sudah menunggu kita.” Aku menarik lengan Luhan, tapi Luhan bertahan diposisinya. “Hei, Yumi, Kau satu bangku dengan kami ya?” Luhan tampak melirik tiket yang ada ditas kecil Yeoja itu. Luhan menarik tiket itu dan melihatnya. “SeHun, dia satu Seat dengan kita. Noona? Maukah kau pergi bersama kami?” Luhan membungkukkan badannya lalu ia menggandeng Yeoja itu. Yeoja itu hanya menurut saja. Aku mengikuti mereka dibelakang.

Kami duduk bertiga, tentu saja Yeoja itu duduk ditengah. Aku tak mengerti kenapa Yeoja ini memiliki tiket kelas 1? Bukankah semua seat kelas satu sudah kami (EXO maksudnya) block? Luhan lebih sering ngobrol dengan Yeoja itu. Yeoja itupun menanggapinya dan tersenyum. Jujur saja senyumannya sangat manis. Luhan bahkan tak menghiraukan Aku maupun member EXO lainnya.

“Luhan.. Kau kenapa?” Kris mendekati Luhan. “Ada apa hyung?” tatapan innocent Luhan terkadang membuatku kesal. “Siapa gadis itu?” Kris Hyung menunjuk gadis Jepang yang sedang tertidur pulas diantara aku dan Luhan. “Dia Yumi. Sebenarnya aku juga tak tau siapa dia. Tak apa kan hyung kalau kita menolong sesama? Lagian gadis ini buta.” Luhan membelai perlahan kepala Yeoja itu. Semakin lama Luhan tampak mengantuk juga. Kini luhan tidur bersandar dibahu Yeoja itu. Kris, Tao, Chen, dan Lay membawa sebuah kamera dan memotret mereka berdua.

“Oi.. bangun..” Aku membangunkan Luhan dan Yeoja itu yang tertidur sambil saling bersandar. “Hmm??” suara lembut itu membuat jantungku berdebar-debar. “Hmmm.. Sudah sampai ya?” Yeoja itu memasang tampang imut sambil mengusap-usap kelopak matanya. “I.. iya kita sudah sampai..” aku mengusap perlahan kepala yeoja itu. Saat matanya sepenuhnya terbuka, permata biru kehijauan itu menatapku. Aku langsung menghentikan usapanku. Apasih yang aku pikirkan? Baru putus dari Nana sudah mau cari pengganti?

Kami semua turun dari pesawat. Aku, Luhan dan Yeoja itu turun bersamaan. Saat kami memasuki bandara banyak sekali wartawan dan fans kami sedang berdiri  dan memotret kami. Mereka juga meneriaki nama bias mereka. Aku dan Luhan tak sadar kalau kami masih menggandeng Yeoja Jepang itu.

Tiba-tiba seorang Yeoja dari kerumunan mendekati kami dia menerobos petugas keamanan lalu ia melepas topi lebarnya dan juga kacamata hitamnya. “YoonA Noona??” Aku dan Luhan  bersamaan. YoonA Noona memasangkan Topi dan juga Kacamatanya pada Yeoja Jepang yang sedang kami gandeng. “Lepaskan gandengan kalian. Ini akan menimbulkan skandal untuk kalian. Ini juga akan menjadi masalah untuk Yumi!” Yumi? Jadi nama yeoja ini Yumi..

“Eonni? Kamsahamnida..” Yumi membungkuk, YoonA Noona segera menarik tangan Yumi dan membawanya menjauh dari kami. Seakan tak rela aku masih menahan tangan Yumi. “SeHun, please?”  YoonA sedikit melotot, aku hanya bisa pasrah dan melepaskannya.

Author’s POV

YoonA dan Yumi memasuki sebuah Taxi. Mereka segera melesat menuju sebuah rumah yang cukup besar. “Yumi? Kau yakin?” Yumi hanya mengangguk menanggapi pertanyaan Eonninya. “Hmb.. Eonni, panggil saja aku Ri Rin. Aku tak berada di Jepang kan? Lagi pula aku masih hafal seluk beluk rumah ini. Rumah ini juga dekat dari Rumah sakit.” Yumi tersenyum. YoonA membantunya membereskan beberapa barang. Setelah itu ia berpamitan pulang.

Kini Yumi sendirian didalam rumah itu. Rumah itu sebesar rumah Yumi dijepang. Dan bentuknya pun juga sama. Yumi berbaring dikasurnya “Korea.. here I am.. Sayonara Japan..” Yumi memejamkan kedua matanya sejenak. ia membayangkan wajah dua orang namja yang ia temui tadi. “SeHun.. Luhan.. Mereka berdua imut. Kenapa nama mereka mirip member EXO ya?? Hahaha..” Yumi mengangkat tinggi-tinggi boneka Kucing miliknya.

Ia bangun dan memutuskan untuk mandi. Selesai mandi ia menggunakan terusan selutut berwarna orange dengan motif anggrek dibawahnya. Kaki jenjangnya yang ia balut dengan sepatu dengan hak yang tak terlalu tinggi. Ia juga menggunakan gelang berwarna hitam yang tampak kontras dengan kulitnya yang putih. Tak lupa jepit bunga anggrek berwarna orange yang menghiasi rambut pendeknya yang indah. “Perfect” ia berbicara sendiri. Lalu ia mengambil tongkat dan kacamatanya.

@Sementara itu Nana…

Nana bahkan tak tau kalau sahabatnya sudah tiba di Korea. Ia masih saja mengurung diri di kamar. Ia tau ialah yang memutuskan Sehun, maka ia harus menerima kenyataan itu. Ia mulai melepas semua poster-poster SeHun yang ada dikamarnya. Ia memasukan semua barang-barang dari SeHun kedalam sebuah dus besar. Termasuk semua poster dan kaset-kaset EXO ia masukan dalam dus. Ia berniat membuang semua itu ke Sungai.

“Nana?” YoonA mengetuk kamar Nana. “Ne, Eonni?” Nana mengusap kedua matanya yang basah. “Anoo, Apa kau ingin mengunjungi Yumi? Ia menunggumu di Rumah Sakit dekat rumahnya.” Nana terkejut. “Yumi datang?” Ia tertawa senang. Karna sahabatnya akhirnya kembali ke Korea. “Ne, Eonni! Aku akan menemuinya sekarang.” Nana bergegas mandi selesai mandi ia sedikit berdandan, lalu ia berlari menuju garasi sambil membawa kardus besar tadi.

Nana tak kalah cantik dari Yumi. Ia menggunakan Kaos Berwarna Hitam dengan tulisan Monster besar dibagian depannya. Ditambah celana jins selutut, tak lupa sepatu kets berwarna merah biru yang menghiasi kakinya. Rambutnya yang ia kuncir dua, dengan kalung bertuliskan V.I.P menggantung dilehernya. Ia bergegas menuju rumah sakit tersebut. Ia sudah sangat merindukan Sahabatnya itu.

@Somewhere

Semua member EXO berkumpul di dorm. Mereka semua tampak kelelahan. Sebagian dari mereka memutuskan untuk tidur. Namun Luhan, SeHun, Tao dan Kris memutuskan untuk jalan-jalan saja. Tentu saja dengan penyamaran apa adanya. Kacamata hitam dan topi ditambah jaket. Itulah penyamaran mereka. Mereka ingin pergi bersantai kembali di Korea. Bagi mereka seminggu dijepang serasa sebulan meninggalkan rumah.

Mereka memutuskan untuk tidak menggunakan mobil. Karna akan sulit bagi mereka bergerak bebas jika menggunakan mobil. Tapi banyak fans mereka dan pers berkumpuk didepan gerbang dorm. “Hyung? Bagaimana kalau kita lewat atas?” Tao menarik lengan Kris dan membawanya menuju atap. Tentunya Luhan dan SeHun juga menggikuti mereka.

Di atap dorm terdapat sebuah tali baja yang tersambung hingga sebuah rumah sakit. “Nah, Hyung bawa ini! Aku yakin kalian memerlukannya.” Tao mengedipkan matanya. Ia memberikan Sebuah tali tebal lain pada hyung-hyungnnya. Sekarang ia melempar tali itu Ke tali baja lalu memegang kedua ujung tali itu. Ia langsung menyebrangi tali baja itu tanpa piker panjang. Kris, Luhan dan SeHun sempat panik. Namun melihat Tao selamat melewati tali sepanjang 500 meter membuat Kris, Luhan dan SeHun ingin mencobanya.

Satu per satu dari mereka mencoba melakukan hal yang sama seperti Tao. Kris, lalu Luhan dan SeHun terakhir. Kris dan Luhan berhasil menyebrang dengan sangat baik. Namun SeHun..

Ditengah jalan tangan SeHun mulai berkeringat, dia mulai kehilangan keseimbangan. tali yang ia pegang mulai bergoyang-goyang. SeHun menatap kebawah, ia terkejut karna ternyata ia berada sangat jauh dari tanah. Dia juga melihat seorang mengenakan gaun Orange dibawah sana, ia berdiri didekat sebuah kolam . tangan SeHun sudah tidak kuat lagi. Tanpa sadar SeHun melepaskan pegangannya.

"OH SEHUN!!!!!" Kris, Luhan dan Tao berteriak bersamaan. mereka berlari menuju pinggir atap gedung Rumah Sakit.

"AAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!" SeHun berteriak. Ia akan segera jatuh menimpa seseorang. Mendengar suara teriakan gadis berbaju orange tadi mendongkak. Ternyata dia YUMI! beberapa menit lagi SeHun jatuh.

BRUUKK!! BYUUURR!!

mereka berdua jatuh kedalam kolam. SeHun jatuh menimpa Yumi. "Mian.." SeHun memegangi dahinya yang membentuk dahi Yumi. Saat SeHun benar-benar membuka matanya, ia sadar bahwa ia berada dalam posisi yang berbahaya. Ia duduk diatas Yumi, tapi tidak sampai menimpanya. Tangan kiri SeHun menggenggam tangan kiri Yumi, wajah mereka hanya berjarak 15 cm. SeHun segera mundur. Tiba-tiba ia melihat sesuatu mengalir dari dahi Yumi. "It.. itu.. Da.. Darah?!"

SeHun bangun dan segera mengangkat Yumi. ia sedikit berlari menuju Rumah Sakit di depannya. Tangan SeHun bergemetar. "SEHUN! KAU BAIK-BAIK SA..." Luhan, Kris dan Tao berlari dari tangga menghampiri SeHun. Mereka bertiga terkejut melihat orang yang dibawa oleh SeHun. "Di.. dia??" Luhan juga bergemetar. Ia mendekati SeHun. SeHun tidak menghiraukan Luhan. Ia masih terlalu Shock. 

"Hnn..??" SeHun menatap gadis yang digendongnnya. "Apa.. yang terjadi??" Yumi menyentuh dahinya yang berdarah. "Hnn?? apa ini?? darah??" SeHun langsung memeluk erat Yumi. "Kau Siapa?? bisa kah kau memberitauku apa yang terjadi padaku?? dan apa benar yang kupegang didahiku adalah darah??" Tangan SeHun bergetar. Yumi masih bingung karna ia tak tau siapa yang memeluknya seerat itu sampai-sampai ia bergetar.

"Mian, Yumi.." Yumi hanya tersenyum mendengarnya. "SeHun, isn't it??" SeHun meletakkan dagunya dipundak Yumi, ia hanya mengangguk pelan. Yumi membelai kepala SeHun, Aku ngga apa kok. Aku cuma kaget ada orang yang jatuh dari ketinggian segitu. Kau baik-baik saja kan??" SeHun mulai menangis, sekali lagi ia hanya mengangguk pelan. "Baguslah." Yumi menepuk punggung SeHun.

Luhan, Kris dan Tao yang sedari tadi terdiam kini mulai tersadar kembali. Mereka menarik SeHun dan Yumi. "Sebaiknya kita tidak menghalangi pintu masuk ini. Yumi hanya tersenyum. Kini mereka duduk disebelah ruang resepsionis. "Ini Yumi. Kau pasti kedinginan." Luhan menyerahkan secangkir teh hangat yang ia minta dari perawat rumah sakit.  Tiba-tiba, Kris melepaskan mantelnya. "Bajumu basah. Seaiknya kau menutupi diri dengan jaket." menyadari apa yang dikatakan Kris, wajah Tao, Luhan SeHun kini memerah seperti halnya Kris.

"Ah, Mian Oppa.. Aku sudah membuat kalian semua repot. Oh, Gomawo." Ia tersenyum. Sehun yang sedari tadi duduk disebelah Yumi hanya terdiam. Ia merasa sangat bersalah. "Say, SeHun Oppa.. Apa kau masih merasa bersala tentang apa yang terjadi padaku hari ini??" SeHun terdiam. "Oppa, sebenarnya aku sudah berkali-kali merasakan dekat dengan kematian." Perkataan Yumi membuat Keempat namja tampan itu terkejut.

Disaat yang bersamaan Nana sudah duduk dipinggir kolam didepan Rumah Sakit dengan wajah ceria menanti sahabatnya.

Jangan Lupa Comment ya?? ;)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar