Minggu, 18 Agustus 2013

Blue Hanna (Fanfic : When She Lost Her Memories)

Blue Hanna

by. Yoshikuni Yumi 

Cast :              
·         Author                         as                     Hanna (Kwon Hanna)
·         Kwon Ji Yong               as                     G-Dragon
·         Park Tae Jun                as                     Manager Kim (Kim Tae Jun)
·         Choi Seung Hyun         as                     T.O.P
       Lee Chi Hoon               as                     ChiHoon (Kirin Academi Headmaster)
·         Park Hyun Seok           as                     Seoky (Hanna’s classmate)
            Min Neul Rin               as                     Geru

Summary :
            Aku bertemu dengan seorang Yeoja yang kehilangan ingatannya. Dia memeluk erat sebuah kotak biru dengan gembok kecil disalah satu sisinya. Appa mengangkatnya sebagai anak, sekarang ia menjadi Saengku. Yeoja itu tak bisa berbahasa Korea. Ia menggunakan bahasa asing yang pernah kudengar. T.O.P menelpon Manager Kim dan memintanya untuk membantu kami. Ternyata Yeoja itu menggunakan bahasa Indonesia! Sungguh aneh, saat melihatnya aku jadi ingin melindunginya. Wajarkah perasaanku ini?
            

Gender :
            I don’t know… maybe someone can tell me what is the gender of this fanfic… :D

Cerita ini asli bikinan saya tapi castnya bukan milik saya..
Kalimat dalam tanda kutip dan bercetak miring itu artinya mereka berbicara dalam bahasa Korea..
Kalau kalimatnya dalam tanda kutip tanpa efek itu artinya mereka berbicara dalam bahasa Indonesia..
Saya tidak terlalu memahami bahasa korea..


Don’t Like? Don’t Read!
No Bashing, Ok?

o)?Happy Reading!!!  (*´*)

Part 1 : “From Now She Is Your Sister!”

GD's POV 

Aku dan T.O.P-hyung sedang berjalan bersama. Kami menikmati hari libur kami dengan jalan-jalan keliling mall. Tiba-tiba, seseorang menabrakku. Ia jatuh dan menimpaku. “Aaaoouu!!” dia seorang Yeoja . Mengenakan seragam, tapi aku belum pernah melihat seragam yang ia kenakan. Seragam dengan rok biru muda panjang dan atasan putih dengan dasi berwarna sama dengan roknya. Ia tampak memeluk erah sebuah kotak.

“GD, kau tak apa?” T.O.P menggendong Yeoja itu di bahunya yang kekar, dan berusaha membantuku berdiri.

“Aku baik-baik saja Hyung. Bagaimana dengan Yeoja itu?” aku membersihkan debu yang menempel pada celanaku

“Dia pingsan. Kurasa kita harus membawanya ke rumah sakit” ia merubah posisi gendongnya menjadi a’la bride.

Aku hanya mengangguk pelan dan mengikutinya menuju rumah sakit terdekat. Disana kami bisa bergerak bebas tanpa perlu penyamaran. Karna rumah sakit ini milik Appa.

“Suster, aku ingin bertemu Appa!” aku menuju meja resepsionis

“Silakan tuan Ji Yong. Beliau ada diruang prakteknya sekarang.” Salah seorang perawat menunjukan ruang praktek Appa.

“Ayo Hyung!” Aku sedikit menarik lengan T.O.P-hyung. Kami berdua berjalan ke ruangan milik Appa. Kubukakan pintu untuk T.O.P-hyung.

“Ji Yong, putraku. Ada apa nak?” Appa tersenyum padaku, namun senyumnya menghilang begitu ia melihat Yeoja yang ada sedang berada dalam gendongan T.O.P.

“Kuharap kau bisa menjelaskan ini nanti, Ji Yong! SeungHyun, letakkan Yeoja itu diatas ranjang ini.” Appa membuka tirai penutup ruang pemeriksaan. Appa mulai memeriksa kondisi Yeoja itu. Mulai dari membuka kelopak matanya hingga memeriksa detak jantungnya. Appa berusaha melepaskan sebuah kotak biru dengan gembok kecil disampingnya yang sedari tadi dipeluk erat oleh Yeoja itu.

Tiba-tiba, Yeoja itu mulai menggerakkan jemarinya. Kedua matanya sudah mulai terbuka “Appa! Lihat dia mulai sadar..” Seperti sedang berusaha menyesuaikan diri dengan cahaya sekitar, matanya membuka dan menutup perlahan. Sekilas tampak mata hitamnya yang berkilau bagai mutiara hitam. Aku tak bisa melepaskan pandanganku dari mata Yeoja itu. Yeoja memijit dahinya perlahan lalu berusah untuk duduk “Dimana aku?” akhirnya ia membuka matanya, ia melihat sekeliling.

“Eh? Tadi kau bilang apa?” aku tak mengerti apa yang ia katakan, tapi aku merasa pernah mendengar bahasa itu.

“Dimana Aku? Siapa kalian? Dan siapa Aku?” ia tampak linglung, tak sengaja ia menjatuhkan kotak biru miliknya. Saat aku memungutnya aku mendengar Yeoja itu berteriak kesakitan “Arrggh!! Siapa Aku?” ia mencekram kuat kepalanya.

“Appa? Apa yang terjadi padanya? Dan apa yang ia katakan?” Appa hanya menggeleng, lalu beliau menyuntikan suatu obat agar Yeoja itu tenang. Perlahan tapi pasti Yeoja itu mulai melemah dan tertidur pulas.
“Appa, apa yang sebenarnya terjadi?” Aku memeluk erat kotak biru milik Yeoja itu.

Kulihat T.O.P-hyung sedang menghubungi seseorang “Yoboseo? Ne… Sekarang… di …. Gomawo ne.” ia mengakhiri percakapannya.

“Siapa Hyung?” kutarik bahu T.O.P “Nanti kau akan tau sendiri.” T.O.P mengerlingkan matanya padaku.

“Ji Yong, sebaiknya kita pindahkan dia ke kamar rawat saja. Sepertinya ia hanya kelelahan dan dia hanya perlu istirahat.” Appa berjalan menuju meja kerjanya “Kurasa, T.O.P bisa menggendong Yeoja itu kekamar rawatnya. Bagaimana?” Appa melirik T.O.P. T.O.P hanya tersenyum dan mengangguk pelan.

Entah sejak kapan Appa sudah memasang selang infuse pada lengan kiri Yeoja itu. T.O.P-hyung memintaku memegangi kantong infuse sementara hyung menggendong Yeoja itu. Sambil membawa kantong infuse itu aku bisa melihat wajah ovalnya yang kecoklatan, hidungnya yang sedikit mancung, bibir tipisnya yang tampak berkilauan, rambutnya yang lurus kemerahan, serta  kulit tangannya yang coklat namun tampak halus. Melihatnya membuatku sedikit bergetar. Jemariku yang sedari tadi memegangi kotak biru milik Yeoja itu juga terasa ikut bergetar. Tiba-tiba T.O.P-hyung berhenti

“GD, bisakah kau bukakan pintunya? Aku tak bisa membukanya sendiri.” Aku tersadar dari lamunanku, secepat mungkin aku membukakan pintu untuk T.O.P-hyung.

Sampai didalam T.O.P meletakan Yeoja itu di atas kasur dan aku langsung menggantungkan kantong infuse yang sedari tadi kubawa.

“Yoboseo? … Ne… Langsung saja, kamar nomor 120… ne… lantai 3.. ne… Gomawo..” Lagi-lagi T.O.P menelpon seseorang.

Tak lama kemudian TOK! TOK! TOK! Seseorang mengetuk pintu kamar ini, T.O.P langsung membukakan pintu kamar ini.

“Mianhae. Aku mengganggumu saat sibuk begini.” T.O.P tersenyum pada seseorang dibalik pintu itu.
“Tak apa. Lagian aku sedikit penasaran dengan Yeoja yang kau ceritakan dalam telepon tadi. Hai GD!” orang itu malambaikan tangannya padaku.

“Manager Kim?” Aku sedikit terkejut melihat Namja itu. Karna tak biasanya Manager Kim mau keluar dari kantornya hanya karna masalah sepele.

Kuletakkan kotak biru milik Yeoja misterius itu kedalam tasku. Kulihat Manager Kim duduk ditepi kasur yang ada diruangan ini. Lalu ia membelai pelan wajah Yeoja itu. Dadaku berdebar-debar melihatnya. Seakan aku tak mau jika wajah itu gores sedikitpun.

“Kapan kau menemukannya? Dimana?” Manager membuka selimut Yeoja itu dan melihat pakaian Yeoja itu. “Kenapa Yeoja ini bisa berada jauh dari tempat tinggalnya?”

“Mwo?” Aku terkejut mendengar pernyataan Manager Kim. “Hmmm..” Kulihat Yeoja itu mulai membuka matanya lagi. Yeoja itu langsung duduk dan berusaha menjauhkan diri dengan sedikit mundur.

“Annyeonghaseo? Bolehkah aku tau siapa namamu?” Manager Kim tersenyum pada Yeoja itu. Namun Yeoja itu semakin menjauhkan diri dari Manager Kim.

“Siapa kamu? Dan dimana aku? Aku tak mengerti apa yang kau ucapkan.” Aku masih tak mengerti apa yang dikatakan oleh Yeoja itu.

“Oh… Aku mengerti sekarang. Sekarang bisakah kau menceritakan padaku, kenapa kau bisa berada di Negeri yang jauh dari rumahmu? Dan siapa namamu, gadis kecil?” aku terkejut mendengar Manager Kim berbicara menggunakan bahasa yang sama dengan Yeoja itu. Saat aku menatap T.O.P-hyung sepertinya ia tak terkejut sama sekali. Apa ia sudah merencanakannya?

“Aku? Siapa aku? Kenapa aku disini?” Yeoja itu menekan kepalanya lagi.

“Apa kau tak ingat siapa namamu?” Manager Kim tampak sedang mengitrogasi Yeoja itu. Namun Yeoja itu hanya menggeleng.

“GD, kurasa aku harus memanggil ayahmu kemari. Yeoja ini memerlukan perawatan.” Manager Kim bangkit dari kasur dan meraih telepon rumah sakit lalu menekan nomor milik Appa.

“Yoboseo? Ne.. memeriksa Yeoja ini... kehilangan ingatannya… ne… Kamsahamnida..” aku hanya mendengar beberapa potong percakapan mereka. Kehilangan ingatannya? Siapa? Mungkinkah Yeoja ini? Aku mendekati Yeoja itu.

“Tenang. Aku tak akan menyakitimu. Jangan takut ya?” aku tak peduli Yeoja ini mengerti atau tidak apa yang kuucapkan. Aku hanya membelai pelan kepalanya. Rambutnya terasa begitu halus. Tapi sepertinya Yeoja ini tak takut padaku. Wajahnya menampakan kedamaian.

“Manager Kim, apa benar semua yang kau katakan?” Appa langsung mendekati Yeoja itu dan melakukan pemeriksaan.

“Ya, paman. Ia bahkan tak tau namanya sendiri. Jika melihat dari tingkah lakunya yang sedikit linglung, aku yakin kalu dia tak mengada-ada.” Manager Kim menatap Yeoja itu. Ia menatap tepat pada kedua mata mutiara hitam milik Yeoja itu.

“Anoo… Apa kau Ayahku?” Aku terkejut melihat Yeoja itu menarik lengan baju Appa, lalu ia berpaling padaku dan menarik jaketku “Apa kau kakakku?” Ia terlihat  begitu Innocent. Seakan terhipnotis suaranya yang sedikit serak, aku menganggukkan kepalaku. Entah kenapa Yeoja itu memelukku. Mendekap erat diriku seakan tak ingin aku pergi dari sisinya.

“Say GD, Apa kau mengerti apa yang ia katakan?” Manager Kim menyilakan kedua tangannya. Aku sedikit ketakutan karna ia terlihat marah padaku.

“Ti.. tidak. Ak.. aku tak mengerti apa yang dikatakan Yeoja ini. Hanya saja…” Aku hanya bisa menunduk. Kubelai perlahan rambut Yeoja itu.

“Haah!” Manager Kim menghela nafas berat. Ia memijit-mijit batang hidungnya

“Kau ini evil, GD. Tapi sekarang? Kau bertingkah layaknya angel. Kau ingin tau apa yang Yeoja ini katakan padamu?” aku mengangguk pelan, aku masih belum berani menatap Manager Kim.

“Dia bertanya padamu, Apakah kau…” ia berhenti sejenak, jantungku terasa berdebar lebih cepat.

“Apakah kau Oppa Yeoja ini?” Aku terkejut mendengar pernyataan itu. Jadi, Yeoja ini mengira aku ini Oppanya? Pikiranku terasa semakin kacau.

Appa berdiri dan berjalan menuju pintu kamar ini, “Appa. Maafkan aku.. aku tak bermaksud..” aku berhenti berbicara karna tangan Appa mengisyaratkanku untuk diam.

“GD, berjanjilah padaku. Kau akan menjaga Yeoja itu. Menjaganya sebagai Saengmu. Appa akan mengurus segalanya.” Appa tersenyum padaku.

“Jaga, Hanna baik-baik.” Appa menutuk pintu kamar ini dan pergi begitu saja.

“Ta… tadi itu…” Aku masih bingung, T.O.P mendekatiku. “Tak apa. Appamu bilang dia akan menjadi Saengmu. Dan Appamu memberikannya nama Hanna. Kwon Hanna” Seakan senyuman T.O.P menjawab semua kebingunganku.

“Lalu? Apa yang akan kau lakukan padanya? Dia tak bisa berbahasa Korea.” Manager Kim mendekati sebuah lemari dibelakangku, lalu ia membukanya. Didalam lemari itu tampak gelap.

Aku masih memandangi Yeoja yang masih mendekap erat diriku. Perlahan pelukannya terasa tak seerat sebelumnya. Ia mendongak ke arahku, lalu menatap tepat kearah Manager Kim. Manager Kim berdiri tepat didepan lemari yang terbuka itu. Tiba-tiba aku merasa pelukan Yeoja ini semakin kuat. Seluruh tubuhnya terasa bergetar. Nafasnya menjadi sangat tidak teratur, begitu berat namun cepat. Aku bisa merasakan Detak jantungnya yang berdetak hebat.

“Haaaah… haaah… ge… gelap.. haaaah… sem… sempit.. haaaah… haaah…” Ia terlihat sangat ketakutan. 
Melihat Yeoja ini ketakutan, Manager Kim langsung menyadari apa yang ditakutkan oleh Yeoja ini. Ia langsung menutup lemari yang ia buka tadi. Lalu ia mendekati Yeoja ini, melepaskan pelukan Yeoja ini dariku, dan ia menggenggam erat kedua tangan Yeoja itu.

“Tenanglah. Takkan ada yang menyakitimu. Aku sudah menutupnya, jadi kau bisa tenang.” Manager Kim tersenyum pada Yeoja itu. Yeoja itu jadi sedikit tenang. Nafasnya sudah mulai teratur.

“Te… terim.. ma Ka… sih..” Lagi-lagi Manager Kim tersenyum pada Yeoja itu.

“Bolehkan Aku memanggilmu, Hanna? Karna tadi ayahmu memanggil demikian.” Yeoja itu hanya tersenyum, ia tampak lemas dan berakhir jatuh dipelukan Manager Kim. Manager Kim membaringkan Yeoja itu.

“Kurasa, ia takut akan tempat gelap dan sempit.” Manager Kim menoleh kearahku.

“Maksudmu, Claustrophobia ?” T.O.P yang sedari tadi diam kini mulai bicara lagi.

“Baiklah, untuk sementara biarkan dia tinggal di dorm. Aku permisi sebentar.” Manager Kim menjauh dari kami dan mengambil handphonennya dan menekan angka 2 lumayan lama.

“Yoboseo? Ne… Ini aku Kim Tae Jun… Ne… 1 kamar… Iya yang lumayan besar dan tak ada tempat gelapnya… Ne… Ne… Kamsahamnida Dara-Shi” Manager Kim mendekati kami lagi.

“Untuk sementara aku yang akan mengajarinya berbahasa Korea. Dan akan lebih baik jika ia tinggal di dorm mersamamu, GD. Hal itu akan mempermudah aku untuk mencarinya. Bisakah kita ke dorm sekarang? Karna aku tak punya banyak waktu. Oh, jangan lupa beritahu Appamu tentang ini.” Manager Kim melirik arlojinya. Aku dan T.O.P hanya mengangguk pelan.

T.O.P mengangkat Hanna –Yeoja itu– perlahan, dan meletakkannya di kursi roda. Kami bertiga berjalan menuju ruangan Appa. Appa memberi kami izin untuk membawa Hanna pulang ke dorm bersama kami. Tapi, sebelumnya Appa menitipkan sebuah kartu kredit berwarna emas padaku. Appa memintaku untuk membelikan segala keperluan Hanna, mulai dari baju hingga aksesoris kecil.

Selama perjalanan Kami terdiam. Aku duduk di belakang bersama Hanna. Sedangkan T.O.P duduk didepan sementara Manager Kim yang menyetir. Ditengah perjalanan Hanna tersadar. Akhirnya kami mampir ke beberapa mall untuk membelikan Hanna beberapa lembar pakaian dan sepatu, ditambah beberapa pasang sepatu dan aksesoris lainnya. Bagasi mobil Manager Kim penuh dengan belanjaan kami. Ditambah lagi Hanna harus duduk dipangkuanku, karna belanjaan kami yang terlalu banyak. Aku merasa sedikit canggung.

Akhirnya kami tiba di dorm. Seungri dan Daesung tampak sedang menikmati pemandangan dari beranda dilantai dua. Melihat Seorang Yeoja turun dari mobil bersama denganku, T.O.P dan manager Kim, mereka berdua tampak sedikit kaget. Manager Kim membuka bagasi mobilnya dan ia mengeluarkan semua belanjaan kami. Aku mengeluarkan belanjaanju yang kutaruh di sebelahku. Aku membawa sekitar 10 tas belanjaan. T.O.P membawa kurang lebih 15 tas belanjaan. Manager Kim membawa sekitar 12 tas, dan Hanna sendiri membawa 3 tas belanjaan.

“Ayo, Hanna. Kita masuk ke tempat tinggal kita.” Aku tersenyum padanya. Aku tau ia tak akan mengerti apa yang kuucapkan, tapi aku senang melihatnya membalas senyumanku dan mengangguk pelan.
“Manager Kim!” Kami berempat berhenti mendengar suara itu. Suara cetar membahana itu berasal dari Dara-noona.

“Manager Kim, aku sudah menyiapkan kamar seperti yang kau minta. Tapi, kamar seperti itu hanya ada di dorm Big Bang disebelah kamar GD dan TO…” Dara berhenti berbicara dan menatap kaku kearah kami.

“Untuk apa kalian belanja sebanyak ini?” Dara tampak terkejut melihat Hanna “Siapa dia?”

“Kamsahamnida, Dara-shi!” Namun manager Kim hanya berlalu dan melambaikan tangannya.

Kami melanjutkan perjalanan kami menuju kamar Hanna. Dara bilang kamar Hanna berada disebelah kamarku. Sehingga itu memudahkan kami mencarinya. Sepanjang karidor banyak orang menatap heran pada kami. Tatapan paling menusuk berasal dari personil 2ne1.

“Hanna, bisakah kau bukakan pintu itu untuk kami?” Manager Kim tersenyum pada Hanna. Hanna hanya mengangguk pelan dan membuka kamarnya.

Kamar ini luas dengan tembok bercat biru muda yang sejuk dimata. kasur besar nan empuk dengan seprai bermotif awan berwarna biru. Ada 4 buah bantal besar dan 2 guling yang panjang, juga ada boneka Doraemon dan Angry bird Biru berukuran jumbo diujung kasur. Ditambah dengan meja belajar yang cocok untuk anak usia SMA. Lemarinya yang besar dengan lampu didalamnya. Aku rasa belanjaan kami belum bisa memenuhi lemari ini. Kamar mandi juga luas dengan kramik putih.

GD, aku rasa aku harus kembali bekerja. Hanna, aku akan datang lagi besok untuk mengajarimu berbahasa Korea seperti Kakakmu. Aku lupa. Disini kau memanggil kakak laki-laki dengan sebutan Oppa dan kakak perempuan dengan sebutan Eonny. Kau mengerti?” Manager Kim membelai lembut kepala Hanna.

“Heem. Aku mengerti. Terima kasih atas semua yang anda lakukan untuk saya.” Hanna membungkuk dalam.

Oppa? Eonny?” Hanna membantuku dan T.O.P menata pakaiannya dilemari. Aku tak sadar, kalau aku telah membelikan Hanna 25 baju, 25  celana, 12 pasang sepatu, 5 tas dan 3 kantong aksesoris kecil. Aku merasa sangat lelah. Saat aku dan T.O.P akan keluar dari kamar Hanna, Hanna menarik lenganku. Dia menarikku kearah kasurnya.

“Sepertinya ia ingin kau menemaninya malam ini, GD. Lebih baik kau tidur disini saja malam ini.” T.O.P ter senyum padaku lalu Ia keluar dari kamar Hanna.

Aku mengganti lampu terang dengan lampu redup agar tak silau. Hanna langsung tidur mendekat denganku dan memeluk erat diriku. Wajahnya tampak begitu damai dan tenang. Kukecup dahi Hanna. Dan akhirnya aku tertidur juga.

Ketika kubuka mataku. Kutatap sekeliling. Dimana ini? Ini bukan kamarku! Pikirku. Kubuka selimut yang kukenakan. Ketika aku duduk. Aku terkejut melihat seorang Yeoja, berdiri didepan pintu kamar mandi hanya dengan menggenakan handuk mandi. Rambutnya yang basah, mesih meneteskan air. Dengan menggunakan handuk kecil ia mengeringkan rambut itu.

“Ha.. Hanna..??” seketika ia berhenti. Kami terdiam cukup lama. Ia langsung berlari menuju lemarinya.
Aku memutuskan untuk keluar dan kembali ke kamarku. Segera kubasuh wajahku. Aku masih saja teringat pada Hanna. Aku merasa wajahku memerah dan memanas. Segera kukeringkan wajahku. Lalu kusikat gigiku dan aku sedikit membenahi rambutku yang berantakan.

“GD, Ayo kita sarapan!” terdengar suara T.O.P dari luar kamar mandi “Ne, hyung!” Aku lanmgsung keluar dari kamar mandi. Sepertinya T.O.P sudah pergi duluan menuju ruang makan. Aku mengganti pakaianku. Setelah kurasa cukup rapi aku meninggalkan kamarku.  Saat kubuka pintu kamarku, kudapati Manager Kim sedang berdiri sambil membawa sebuah tas.

“Manager Kim? Sedang apa kau disini?” Aku mendekatinya sambil menutup pintu.

“Oh, GD! Kebetulan. Aku harus bertemu dengan Hanna. Karna kupikir ia akan merasa bingung dan akhirnya stress karna tak mengerti apa yang kau ucapkan. Setidaknya aku bisa menjadi juru bicaranya untuk sementara.” Ia tersenyum padaku. Aku sangat benci melihat senyumannya. Senyumannya itu seakan ia telah memenangkan sesuatu. Seakan ia merendahkanku. Sial!!

“Oh, Manager Kim? Anda datang lagi? Apa anda akan mengajari saya berbahasa Korea hari ini?” Hanna keluar dari kamarnya.

ia mengenakan terusan selutut berwarna biru muda, di padukan dengan sandal plastic ringan yang juga berwarna biru bermotif bunga. Rambutnya yang sudah setengah kering dengan jepit rambut berbentuk bunga sakura biru menjepit ujung rambutnya. Aku sedikit melongo melihatnya.

“Iya, Hanna. Aku yakin kau akan sulit bergerak jika kau tak mengerti apa yang dikatakan Oppa-oppa dan Eonni-eonni yang ada disini. Ini aku juga membawakan beberapa buku untukmu” Manager Kim menyerahkan tasnya pada Hanna.

“Terima kasih, hmmm…” Kulihat Hanna berhenti berbicara ia tampak seperti orang kebingungan.
“Panggil saja aku Jun. Jun-oppa juga boleh. Dan Kamsahamnida untuk terima kasih.” Mataku terbelalak. Apa aku tak salah dengar? Oppa? Jun-Oppa?

“Heem! Kamsahamnida ne, Jun-oppa!” Senyum terkembang dibibir Hanna.

Tunggu! Baru saja Hanna memanggilnya oppa? Jun-Oppa? Hatiku terasa sedikit sakit. Tiba-tiba Manager Kim mendekatkan diri pada Hanna dan membisikan sesuatu padanya. Kulihat Hanna tersenyum, lalu ia menatap kearahku.

“GD-Oppa.. Ayo kita sarapan sekarang! Aku sudah sangat lapar!” senyuman innocent ia tunjukan padaku. Manager Kim tersenyum pada Hanna, ia juga membelai perlahan rambut Hanna.

“Say Hanna. Ayo kita sarapan kau bilang kau lapar!” Aku kesal melihat sikap Manager Kim, aku menarik tangan Hanna.

Yang ada dalam pikiranku hanyalah bagaimana agar Hanna tidak berada didekat Manager Kim! Saat kami tiba di ruang makan, banyak orang sudah berkumpul. Entah kenapa hari ini member 2ne1 dan EXO (Hello??? Ini SM apa YG sih?? O.o authornya sarap!!) ikut sarapan disini, di dorm Big Bang. Ada 3 kursi kosong. Ketiganya berada di sebelah kanan T.O.P. Semua terdiam memandangi Hanna. “Ahheemm!!” aku berdeham cukup keras. Sehingga mereka semua berhenti memandang Hanna.

“Perhatian semuanya! Hari ini, Aku akan memperkenalkan Adik G-Dragon. Namanya Hanna. Kwon Hanna.” T.O.P berdiri tegap, lalu ia kembali duduk.

“Manager Kim? Oh, maksudku Jun-oppa. Apa yang harus aku lakukan?” Aku mendengar Hanna membisikkan sesuatu pada Manager Kim.

“Tenang saja. Kali ini biar aku saja yang berbicara. Kau hanya perlu sarapan dan langsung saja kembali kekamarmu.” Hanna mengangguk pelan. Apapun yang dikatakan oleh Manager Kim, yang jelas Hanna sudah menyetujuinya.

“Hanna baru saja keluar dari rumah sakit. Ia baru saja sadar dari komanya. Tapi ia kehilangan semua ingatannya. Termasuk tentang bahasa yang ia gunakan.” Manager Kim seraya meminum kopinya

“Maksud Manager Kim, dia tak mengerti bahasa Korea?” Se Hun yang sedari tadi menatap Hanna kini memberanikan diri untuk bertanya.

“Iya kau benar. Makanya aku kesini untuk mengajarinya berbahasa Korea. Kau sudah selesai makan Hanna? Ia meletakkan cangkir kopinya. Hanna mengangguk pelan.

“Kami permisi” Mereka berdua meninggalkan meja makan begitu saja dan kembali ke kamar Hanna. Aku hanya bisa menatap punggung mereka yang berjalan bersamaan. KESAL!!!

“Tenang, GD. Mereka hanya belajar, tak lebih.” T.O.P mengusap punggungku. T.O.P mencoba menenangkanku. Sepertinya ia tau kalau aku khawatir pada Hanna.

“Kamsahamnida ne, TOP…” Aku tersenyum padanya.
~`~`~ 

Part 2 : Is She Grow Too Fast?

GD’s POV

Hari demi hari berlalu. Aku merasa hari berlangsung sangat lama. Sungguh menyebalkan setiap hari melihat Manager Kim dan Hanna menghabiskan waktu bersama (walau hanya belajar sih.. -_-”). Sudah hampir dua minggu sejak aku dan T.O.P menemukan Hanna. Aku bahkan belum pernah menghabiskan waktu bersama lagi. Hanna tak pernah keluar kamarnya. Ia hanya keluar jika ia akan mengambil camilannya. Sungguh menyebalkan!

“Hei GD! Kau kenapa? Sedari tadi hanya memandangi Milkshake Chocolatemu?” Seungri menepuk pundakku.

“Aku hanya merindukan Yosaengku. Dia selalu menghabiskan waktu dengan Manager Kim, kenapa tidak denganku?” Kuaduk-aduk milk shakeku. Sesaat aku melihat Hanna berjalan mendekat kearah kami. Mungkin ia masih belum mengerti bahasa Korea.

“Kalau saja Ia sudah bisa berbahasa Korea. Ia tak perlu lagi bersama Manager Kim. Ia bisa jalan-jalan bersamaku dan menghabiskan waktu bersama.” Hanna memandangku dengan sedikit bingung.

“Hey GD. Dia mendengarnya tuh!” Seungri berbisik sambil menyiku lenganku.

“Biarkan sajalah.”  Kugunakan tatapan evilku. Seungri mengangkat kedua bahunya lalu meninggalkan aku dan Hanna berdua saja di dapur.

“Kalau saja kita sudah bisa berkomunikasi dengan mudah, Hanna. Aku akan mengajakmu kemanapun kau mau. Lalu kita habiskan waktu bersama.” Aku bangkit dari kursiku dan meninggalkannya seorang diri didapur.

Aku berharap ia mengerti apa yang kukatakan. Aku merasa lelah. Otakku juga lelah. Lelah untuk berpikir. Aku memutuskan untuk mengeyakkan diri dikasurku yang hangat dan empuk. Aku tertidur dengan mudahnya.

Esoknya, sinar mentari pagi begitu menyilaukan. Terasa begitu menusuk. Samar-samar aku mendengar seseorang memanggil namaku.

“Oppa! Oppa! Ayo bangun! Kau bilang kau akan mengajakku kemanapun aku mau? Oppa? Bangun!”tubuhku serasa ditindih sesuatu yang berat.

Aku membuka mataku perlahan, kudapati Hanna duduk diperutku. Ia menggunakan celana mini berwarna biru dengan kaos besar biru bermotif bunga di atasnya. Rambut lurusnya yang kemerahan kini menjadi bergelombang. Dia membawa tas motif macan dan gelang besar berwarna hitam. Ia tampak begitu cantik. Kulit coklatnya kini menjadi putih bersinar, aku tak tau sejak kapan ia mulai berubah. Yang kutau ia selalu mengenakan baju panjang dan tertutup.

“Ha.. hanna??” Aku terkejut melihatnya.

“Ayo Oppa! Kau bilang kau akan mengajakku kemanapun aku mau?” Hanna turun dan menarikku agar aku bangun.

“Nah ini handuknya. Sekarang Oppa mandi. Aku akan mempersiapkan pakaian ganti Oppa. Setelah itu kita berangkat!” Hanna memberikan handukku padaku.

Dia mendorongku agar aku memasuki kamar mandi. Lalu ia menutup pintunya. Tanpa banyak bicara aku langsung mandi, aku tak ingin membuat Hanna menunggu. Aku keluar dari kamar mandi, aku hanya menggunakan handuk mandiku saja. Aku sedikit terkejut mendapati sebuah kaos yang lumayan dengan kerah V, jaket jins biru dengan lengan panjang, tak lupa celana jins panjang warna hitam. Disamping pakaian-pakaian itu terdapat sabuk putih dan gelang yang sama dengan gelang yang dipakai Hanna. Setelah kupakai semua pakaian yang disiapkan Hanna, aku merapikan rambutku. Setelah aku merasa cukup ok, aku segera keluar kamar.

Saat keluar kamar aku sedikit terkejut melihat Hanna sedang tertawa bersama T.O.P. Sebuah perasaan aneh menyelimuti hatiku. Rasanya aku kesal, marah dan sedih. Ada sedikit perasaan kecewa, kenapa bukan aku yang membuatnya tertawa?

“Hanna, ayo kita berangkat.” Aku menghampiri Hanna dan T.O.P.

“Ayo Oppa. Emm, TOP-Oppa bagaimana kalau kau ikut bersama kami?” Hanna mendekatiku lalu berbalik lagi kearah T.O.P.

“Sepertinya menyenangkan.” Aku tak percaya T.O.P berkata demikian. Kalau dia ikut aku jadi tak bisa menghabiskan waktu bersama Hanna?

“Tapi sayang sekali, Aku tak bisa ikut. Aku ada pemotretan pagi ini. Maafkan aku Hanna. Mungkin lain kali.” T.O.P tersenyum sambil mengusap kepala Hanna.

“Sayang sekali ya Hyung. Baiklah kalau begitu kami pergi dulu. Ayo Hanna Kita berangkat.” Aku menarik pelan lengan Hanna dan membawanya menjauh meninggalkan T.O.P.

Kami berjalan bergandengan tangan sepanjang jalan. Sepertinya bukan masalah besar bagi Hanna. Kami bergandengan sampai tepi jalan raya. Aku memanggil taksi, kami memutuskan untuk pergi ke game center di mall terdekat. Butuh sekitar 30 menit jika kami naik taksi.

Sesampainya kami di mall, aku menggandeng Hanna menuju Game Center. Saat kami bermain, ia tampak begitu senang. Aku senang bila melihat Hanna tersenyum seperti itu. Puas bermain, ia mengajakku berfoto disebuah photobox. Ia berpose sangat lucu. Kami terlihat seperti sepasang kekasih. Tapi tentu saja aku hanya menganggapnya adik, karna memang begitu kondisinya.

“Oppa, aku bosan. Tak adakah tempat lain yang sepi. Maksudku yang tak banyak orang seperti ini.” Hanna tampak letih dan juga bosan.

“Ya.. aku rasa ada. Ayo kita kesana!” Aku menarik perlahan lengan Hanna.

Aku mengajaknya menuju sebuah taman bermain. Disana terdapat beberapa mainan anak-anak seperti ayunan, perosotan, jungkat-jungkit, dan masih banyak lagi. Selain itu udaranya juga sejuk, ada banyak pepohonan disini. Tak banyak orang kemari. Tempat ini jadi terasa tenang.

“Oppa? Ini kan..” Hanna memandang takjub keseluruh taman ini.

“Iya. Ini taman. Tak banyak orang dan udaranya juga sejuk.” Aku tersenyum padanya.

“Oppa! Ayo kita buat kenangan disini!” Ia berbalik padaku dan sedikit melompat sambil memegng kamera.

“Hmmm.. tapi siapa yang akan memotret kita?” Aku melihat sekeliling, tempat ini sepi.

Lalu siapa yang akan memotret kami kalau begitu? Hanna berlari meninggalkanku. Ia berlari menuju segerombolan Yeoja yang sedang berada dibawah pohon. Aku mengikutinya.

“Annyeonghaseo? Bisakah kalian memotret kami?” Hanna menyodorkan kameranya pada salah satu Yeoja yang ada disana.

“Ne..”  Yeoja itu menjawab.

“Eh bukankah itu GD-Oppa?” Salah seorang teman Yeoja itu menunjukku, ekspresi wajahnya berubah menjadi senang (Senang berlebihan karna bertemu sang bias)

“HE??” Lalu teman-temannya yang lain berteriak demikian. Mereka mengambil handphone dan kamera mereka lalu mereka bersiap memotretku. Namun aku bersembunyi dibelakang Hanna.

“Siapa gadis yang bersama GD-Oppa??” Seorang Yeoja berkaca mata berbisik pada teman-temannya.

“Aku adik G-Dragon-Oppa. Namaku Hanna, Kwon Hanna.” Hanna tersenyum sambil menarikku.

“HE?? Kau mengerti apa yang kami ucapkan?” Yeoja-yeoja itu berteriak bersamaan.

“Iya. Aku sangat mengerti. Anoo, bisakah kalian mengabilkan fotoku dan kakakku?” Hanna memasang tampang memohon yang imut.

“Dengan Senang hati! Tapi, apa kami juga boleh mengambilnya untuk kami sendiri?” Yeoja itu tampak tersipu dan ia berkata dengan sedikit malu-malu. Namun Hanna hanya tersenyum pada mereka.

“Tentu!” entah mengapa Yeoja-yeoja itu tersenyum bahagia. Aku jadi penasaran dengan apa yang dibicarakan mereka.

“Hanna, apa yang kau bicarakan dengan Yeoja-yeoja itu?” Hanna seraya menarik lenganku menuju sebuah ayunan.

“Gak ada kok! Aku Cuma minta tolong sama mereka aja. Uda ayo Oppa kita foto dulu!” Ia mengerling padaku.

Kami berfoto dengan berbagai macam pose. Kami sangat menikmati momen-momen tersebut. Kami jiga sempat membeli ice cream dan berfoto sambil memakannya. Tapi, entah sejak kapan taman ini menjadi ramai. Kami memutuskan untuk menyudahi acara foto-foto kami. Hanna membungkuk dalam pada Yeoja-yeoja itu, lalu meninggalkan mereka.

“Terima kasih! Sampai jumpa!” Hanna melambaikan tangan pada mereka.

Yeoja-yeoja itu tampak senang dan antusias membalas lambaian tangan Hanna. Aku menggandeng tangan Hanna. Kami terus bergandengan. Namun saat kami sudah dekat dengan jalan raya Hanna berjalan mendahuluiku. Sesekali ia berputar lalu melompat. Rasanya tangan ini tak ingin melepas tangannya. Aku ingin tetap menggenggam tangan itu.

"Say Oppa, Apa kau tau. Aku merasa sangat asing disini. Bahkan aku merasa ini pertama kalinya aku ketempat ini." Aku hanya terdiam. Aku tau karna dia memang bukan adikku, dia juga bukan orang Korea.

“Hanna?” tanpa sadar aku memanggilnya.

“Hmm?? Ne, Oppa??” Ia berbalik menghadapku lalu berhenti.

“Tak apa.” Aku menghela nafas panjang, dan aku segera berjalan mendekatinya.

“Hmm, Oppa?” Saat aku hampir mendekatinya ia menunduk.

“Ne?” Aku menatapnya heran. Namun terselip rasa khawatir padanya.

“Bolehkan Aku menemui Appa dan Eomma?” Ia mendongak.

Dan kulihat matanya yang membulat, bergetar dan mulai berair. Aku tak tega melihatnya seperti itu. Aku terdiam sejenak. Aku hanya takut Eomma yang belum pernah melihat Hanna jadi bersikap aneh. Aku takut Hanna curiga dan akhirnya meninggalkanku.

“Ne, Mereka pasti merindukanmu.” Aku hanya tersenyum dan menggandengnya.

“Kamsahamnida ne Oppa..” Ia tersenyum puas. Senyuman menghiasi wajah imutnya.

Sekali lagi kami memanggil taksi. Cukup lama kami menunggu taksi disini. Hamper 15 menit kami menunggu. Akhirnya kami mendapatkan sebuah taksi. Jarak antara taman dengan rumah Appa sangatlah jauh. Butuh waktu 45 menit untuk sampai disana. Saat diperjalanan sesekali aku mengenalkan tempat-tempat yang ada. Ia begitu antusias mendengarkan penjelasaanku.

Tak terasa kami sudah sampai dirumah Appa. Kuketuk pintu rumahku ini.

“Appa! Eomma? Aku pulang.” Aku menggeser pintu  rumahku.

“GD, sela….” Eomma tampak berlari dari dalam ruang makan. Ia terkejut melihat Hanna.

“Eomma?” Hanna menatapnya dengan penuh rasa kebingungan.

“Ada siapa Eo..” Appa tampak sedang memegang Koran. Ia jiga terkejut melihat Hanna, ia menjatuhkan Koran yang ia  bawa.

“Ha… hanna?” Appa membereskan Koran-korannya yang berantakan. Sesekali ia melirik Hanna.

“Appa?” Hanna tersenyum lebar. Aku rasa keputusanku membawanya kemari itu ada benarnya.

Eomma mengajak kami berdua masuk dan Eomma mempersilakan kami berdua duduk. Lalu Eomma menarik aku dan appa kedalam dapur. Tapi ia meminta agar Hanna menunggu saja di ruang makan.

“GD? Jadi dia Hanna?” Eomma menatap dalam padaku. Ia melipat kedua tangannya diatas perutnya.
“Ne, Eomma..” Aku hanya menunduk. Eommapun menghela nafas panjang. Tiba-tiba Hanna membuka pintu dapur.

“Hanna? Kenapa kau tiba-tiba kemari? Bukankah Eomma bilang tunggu saja di ruang makan?” Eomma berkata begitu halus padanya, namun Hanna semakin mendekati kami.

“Appa, Eomma, Oppa, sebenarnya aku.. Aku ingin… Aku ingin bersekolah lagi..” Ia menundukan kepalanya sambil berkata pelan.

“MWO?? Jinjayo?” Aku, Appa dan Eomma bersamaan.

“Ne..” Hanna semakin menunduk. Sepertinya ia takut juka Eomma, Appa dan Aku marah padanya.
“Kalau begitu sekolah sajalah. Urusan biaya biar Eomma dan Appa yang mengurus.” Eomma tersenyum lalu membelau pelan kepala Hanna.

“Benarkah Eomma?” Matanya tampak berkaca-kaca. Air mata mengalir dari kedua sudut matanya.
“Kamsahamnida ne Eomma! Appa! Oppa!” Ia memeluk Eomma.

Malamnya kami berpamitan pada Eomma dan Appa untuk kembali ke dorm. Appa memberikan kunci Ferrarinya padaku. Ia memintaku agar membawa mobil saja, agar lebih aman. Kami berdua terdiam dalam sepi. Jalan raya yang ramai mengusik kebisuan diantara kami. Hanna tampak senang, ia sedari tadi menengok kesana-kemari melihat sekitar.

“Jadi.. Kau ingin bersekolah lagi?”  Aku mulai berbicara memecahkan keheningan antara kami. Lalu Hanna menoleh padaku.

“Heem. Manager Kim sudah mengurusnya untukku. Katanya aku tinggal minta izin sama Eomma, Appa, dan Oppa..” Ia tersenyum.

Ha? Lagi-lagi Manager Kim? Kenapa mesti dia? Aku menjadi sedikit emosi. Kugas mobilku secepat mungkin, Hanna tampak sangat ketakutan.

“Oppa! Oppa kenapa? Oppa pelan-pelan!!”Ia berusaha menghentikanku.  Hampir saja aku menabrak tiang lampu diujung jalan tol ini. Segera kurem mobil ini. Kulihat Hanna menangis.

“Hiks.. hiks.. Oppa kenapa??” Ia memelukku lalu menangis.

“Mianhae ne, Hanna?” Kubelai Hanna, Hanna pun hanya mengangguk pelan.
Aku mengendarai Ferrari-ku perlahan. Akhirnya kami tiba di dorm. Hanna turun dari mobilku. Sebelum ia sempat masuk aku memanggilnya. Ia menoleh padaku.

“Hanna, kapan kau akan bersekolah? Dan dimana?” Hanna hanya tersenyum

“Mulai lusa Oppa, di Kirin Academi.” Lalu ia berbalik dan memasuki dorm. Ia meninggalkanku sendirian

“Kenapa lusa?” Aku menyandarkan kepalaku. Mataku terasa berat. Kurasa aku tak mau pindah dari Ferrari-ku. Aku memutuskan untuk tidur di mobil saja malam ini.

“Op..a Oppa… O..pa??” Aku merasa aku mendengar suara Hanna. Kubuka mataku perlahan, kulihat ia mengetuk kaca mobilku sambil memanggilku. Kubuka kaca mobilku.

“Oppa! Kau tidur dimobil? Kalau kau sakit gimana?” Hanna menyentuh kedua pipiku, lalu ia menempelkan dahinya ke dahiku. Wajahnya begitu dekat, aku rasa suhu tubuhku meningkat dan wajahku memerah karnanya.

“Han.. Han.. Hanna..” Ia melepaskan wajahku.

“Oppa, Kau demam! Ayo sekarang Oppa masuk kedalam dorm! Istirahat!” Hanna membuka pintu mobilku dan menarikku keluar. Aku hanya menurutinya. Ia menganjakku kekamarku, lalu membaringkanku dikasur.  Ia juga melepaskan sepatuku.

“Oppa, tunggu disana! Aku akan segera kembali.” Hanna pergi meninggalkanku. Sekitar 15 menit, Hanna sudah kembali sambil membawa sebuah mangkuk berisi air dingin dan sebuah handuk kecil. Ia meletakkan mangkuk itu dimejaku dan mencelupkan handuk itu kedalam mangkuk. Ia menaruh thermometer dimulutku. Lalu ia me;ihat suhu tubuhku.

“39 derajad. Pantas saja, kau tampak seperti kepiting rebus, Oppa.” Ia hanya menggeleng lalu memasang handuk kecil tadi dikepalaku.

“Hyung?” Aku mendengar suara seseorang didekat pintu. Hanna dan aku menoleh kearah suara itu. Disana Seungri dan Daesung berdiri sambil membawa nampan dengan sebuah mangkuk diatasnya.

“Seungri-Oppa? Daesung-Oppa? Taeyang-Oppa?” Hanna bangun dan mendekati mereka bertiga.

“Hanna, bukankah kau ada perlu di sekolah barumu?”  tiba-tiba TOP-Hyung mendekati Hanna dan mengacak-acak rambutnya. “Nah, pergilah Hanna.” Hanna tersenyum pada mereka berempat. Hanna berlari kearahku lalu ia mencium keningku.

“Oppa, maafkan aku. Aku tak bisa menjagamu. Aku harus ke sekolah.” Melihatnya tersenyum aku hanya mengangguk pelan. Walau sebenarnya aku tak ingin ia meninggalkanku. Aku hanya bisa melihatnya berlalu.

“Hari yang membosankan…” Aku menutup mataku.

Hanna’s POV

Pagi ini aku mendapati Oppa-ku, Jiyong-Oppa, demam. Tapi hari ini aku ada janji dengan Manager Kim. Ia bilang aku harus menyapa para guru dan melihat-lihat selurus sekolah agar tak bingung lagi.

“Hanna? Kenapa kau begitu lama?” Manager Kim melirik arlojinya.

“Mian, Jiyong-Oppa sedang sakit jadi tadi aku mengurusnya.” Aku tersenyum padanya.

“Ya, baiklah. Sebaiknya kita cepat. Aku masih banyak kerjaan.” Manager Kim menggandengku.

Sebenarnya aku masih sedikit penasaran dengan Manager Kim yang mengerti bahasa lainku, Tentang aku yang tak bisa mengingat apapun, ditambah lagi sebuah keluarga yang terasa asing bagiku. Sebenarnya siapa aku ini? Dan kenapa jantungku selalu berdebar-debar saat berada didekat Jiyong-Oppa?

“Hanna?” Manager Kim memanggilku dari dalam mobil. Akupun bergegas masuk dan duduk disamping Manager Kim. Perlu sekitar setengah jam untuk kami sampai di Kirin Academi. Sekolah ini begitu besar juga luas. Namun semua terasa sepi, tentu saja ini masih jam belajar.

“Hanna?” Manager Kim menggandengku, jantungku berdetak normal. Aku sudah terbiasa bersama Manager Kim. Semua ini akan terasa berbeda jika Jiyong Oppa yang menggandengku, jantungku jadi berdetak lebih cepat.

“Hanna, Ini kepala sekolah ini. Beri salam pada Kelapa Sekolahmu ini, Hana..” Manager Kim mengenalkanku pada seorang Namja imut yang mungkin lebih muda dari pada Manager Kim.

“Hai Hanna, Aku Lee ChiHoon. Aku kepala Sekolah di Kirin Academi.” Ia menjabat tanganku.

“Kwon Hanna” Aku hanya menunduk malu.

“ChiHoon, sudah. Jangan terlalu lama menjabat tangannya. Nanti bodohmu menular.” Manager Kim memukul pelan kepala ChiHoon.

“Hyung.. Apaan sih? Habis dia kan manis seperti Ulzzang..” Lagi-lagi dia tersenyum padaku, aku jadi tambah malu mendengar pujiannya.

“Anoo, saya akan berkeliling Sekolah. Permisi..” Aku meninggalkan Mereka berdua.

Aku berjalan menelurusi sebuah koridor. Koridor ini dipenuhi ukiran-ukiran yang indah bagiku (walau sebenarnya abstrak). Aku berjalan tak tentu arah. Hingga akhirnya aku tiba disebuah taman yang cukup luas dan rindang. Ditengah kola mini terdapat kolam dengan hiasan patung dewi yang menumpahkan air dari gucinya.  Selain ada pepohonan juga ada sebuah labirin yang dibuat dari tanaman mawar. Mereka tampak indah. Tiba-tiba..

“Aaou!!” tanpa sadar aku menginjak seseorang seorang namja. Ia menutupi mukanya dengan sebuah novel.

“Mian ne? Aku tak melihatmu tadi.” Aku membungkuk pada namja itu.

“Siapa sih..” Namja itu melepas Novel itu dan memandangku dan tiba-tiba ia terdiam.

“Mian..” Aku duduk disebelahnya. Ia terus memandangku, aku jadi sedikit takut. Apa mungkin aku salah kostum hari ini?

“Siapa kau? Aku baru melihatmu?” Namja it uterus memandangku.

“Hanna, Kwon Hanna. Aku anak baru disini..” Aku menunduk. Aku mulai mengingat-ingat penampilanku hari ini. Aku hanya menggunakan seragam baruku dari Manager Kim, Seragam dengan rok pendek berwarna coklat, seragam lengan pendek, dasi coklat tua dan blazer dengan warna coklat susu.

“Ooo.. Aku Park Hyun Seok. Panggil saja aku Seoky..” Ia tersenyum padaku. Ia tampak begitu imut dan keren (Deskripsi tidak jelas #PLAK!! Tampar Author -_-).

Seoky, aku berguman. Ia memang tampan, rambutnya yang lumayan panjang kemerahan. Ia juga menggunakan tindik yang sangat antic, kulitnya yang seputih susu, dan ada satu hal yang dari tadi menarik perhatianku. Didadanya, entah benar atau tidak aku juga tak tau (Bo’ong!! Author Tau kog!! #PLAK!! ), ada tato berupa tulisan dan gambar.

“Ehem?” Ia berdeham kecil. Ia menyadarkanku dari lamunanku.

“Apa yang kau lihat?” Ia mendekatkan wajahnya padaku. Rasanya jantungku jadi berdebar cepat. Sama seperti saat aku bersama Jiyong Oppa. Aku hanya menggeleng dan aku rasa wajahku berubah merah.

“Ahaha.. kamu lucu deh. Aku harap kita bisa satu kelas ya?” Ia tersenyum padaku. Ia berdiri lalu mengacak-acak rambutku dan pergi meninggalkanku.

Ho.. Walaupun ia sudah menjauh kenapa masih saja jantungku berdebar tak karuan. Tanpa sengaja tanganku menyentu sesuatu. Saat aku melihatnya, itu sebuah buku. Novel! Ini novel milik Namja, eh maksudku Seoky. Aku membuka halaman pertama disana terdapat Nama, tanda tangan Seoky dan juga nomor teleponnya! Kubaca Judul Novel itu, My Blue Hana (Emangnya ada?? Maaf Author ngawur banget). Aku tertawa melihatnya, My Blue Hana kan berarti Satu-satunya Biruku? Tiba-tiba aku mendengar Manager Kim memanggilku. Kupeluk Novel itu dan aku berlari menghampiri Manager Kim.
   
~`~`~

Segini dulu deh.. ^^
Belom Selesai lanjutannya.. :D
Jangan Lupa tinggalin Comment ya.. ;)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar